Mohon tunggu...
Astri Nurmi Wardhani
Astri Nurmi Wardhani Mohon Tunggu... -

SPG COSMETIC "NOTHING SPECIAL"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mengapa Kita Harus Berfikir?

8 April 2015   22:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:21 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan cara umum, basyar dimaknai juga sebagai manusia sebatas ada being, makhluk yang sejatinya terjerat dalam status quo, static, tak alami pergantian, berkaki dua yang jalan tegak di muka bumi. Dengan kata lain, ini yaitu manusia yang dipandang dari pojok fisik-biologis. Tentu, bila dipandang dari pojok ini, manusia tak ada bedanya dengan hewan.

Manusia yang hidup cuma untuk sebatas makan, minum, tidur, mencari nafkah, sakit, serta mati pasti tak jauh tidak sama dengan hewan. Perbuatan rendah manusia sejenis system pertandingan berebut pacar serta harta benda, sama-sama kuasai serta mencapai tak pernah beralih. Cuma instrumennya saja yang beralih. Dahulu tawuran dengan tongkat serta batu. Sekarang ini menggunakan parang serta panah.

Manusia yang hidup dengan kejahatan, kepalsuan, kecurangan, pembunuhan, sadisme, serta kekejaman tambah lebih banyak daripada manusia di saat lantas. Hal negatif ini adalah representasi manusia jenis basyar yang pada intinya belum dapat melepas diri dari penjara-penjara manusia, terlebih penjara natural-instingtualnya.

Insaan Becoming

Insaan mengacu pada arti manusia yang sebenarnya. Ia tak menunjuk pada manusia dalam pojok pandang manusia biologis. Insaan lebih berkenaan pada kwalitas mulia kemanusiaan. Tak seluruhnya manusia yaitu insaan, mereka mempunyai potensi untuk meraih tingkatan yang lebih tinggi.

Insaan dengan cara lebih jauh dimaknai dengan makhluk yang terus-terusan maju menuju kesempurnaan. “Karakter” jadi ini jadikan manusia tidak sama dengan fenomena lain di alam. Lebah bangun sarang lewat cara yang sama mulai sejak jutaan th. waktu lalu, sedang manusia bangun tempat tinggalnya lewat cara yang tidak sama kurun waktu yang condong singkat.

Menurut Ali Syariati, ide pokok perihal becoming datang dari kata Ilaihi Q. S. Al-Baqarah, 1 : 156 yang bermakna “kepada-Nya” bukanlah “di dalam-Nya”, atau mungkin dengan kata lain gerakan manusia dengan cara permanen ke arah Allah, ke arah kesempurnaan yang ideal. Bergeraknya manusia ke arah-Nya bermakna gerakan manusia dengan cara berkepanjangan tanpa ada henti ke arah tahap-tahap evolusi serta kesempurnaan. Inilah yang disebut juga sebagai manusia dalam situasi “menjadi”.

Uniknya, insaan mempunyai tiga atribut pokok yaitu kesadaran diri, free-will, serta kreatifitas. Kesadaran diri adalah pengalaman perihal kwalitas serta esensi dianya, dunia serta jalinan pada dianya serta dunia dan alam. Semakin tinggi kesadaran bakal ketiga unsur itu, jadi semakin cepat gerakan yang dikerjakan manusia ke tahap-tahap yang lebih tinggi. Kesadaran diri bikin manusia bisa mengambil jarak dengan diri serta alam hingga manusia tertuntun untuk membuat suatu hal yang bukanlah alam.

Free-will tekad bebas

bermakna mempunyai kebebasan pilih, bahkan juga untuk pilih apa-apa yang bertentangan dengan insting naturalnya, orang-orangnya, atau dorongan-dorangan jiwanya. Kebebasan sangat mungkin manusia untuk lakukan pergantian ke tingkat paling tinggi kemanusiaannya, menerobos sekat-sekat alam, orang-orang, histori, serta “ego”nya.

Kreatifitas daya cipta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun