Mohon tunggu...
Peny Widi Harini
Peny Widi Harini Mohon Tunggu... Freelancer - Writerpreneur of Edwrite Indonesia, Penulis, Motivator Muslimah..

Instagram || • @penywidi Menulislah Untuk Menginspirasi dan memberikan banyak manfaat, Bukan hanya sebatas Untuk Mencari Kepopuleran saja. ❤

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Pelajaran Berharga untuk Kita Semua

24 Februari 2021   13:35 Diperbarui: 24 Februari 2021   17:22 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar via wallpapershit.com

Pernahkah kita berpikir dan merenung sedikit saja? Pada 1 tahun silam bahkan sampai detik ini banyak kejadian dan fenomena sangat luar biasa yang terjadi pada negara kita tercinta, yaitu Indonesia.

Sudah menjelang hampir satu tahun Corona menemani kita semua tak kunjung usai sampai detik ini, semua itu selalu menjadi misteri dan pertanyaan bagi kita semua.

"Kapankah wabah Corona ini bisa segera berlalu?"

Pandemi Covid-19 memang membuat 2020 menjadi tahun yang berat untuk banyak orang, termasuk kehidupan pada keluarga saya sendiri. Saat ini, kita hanya bisa mengikuti aturan pemerintah untuk memutus rantai penularan virus corona dengan membatasi aktivitas di luar rumah.

Selain karena kasus positif yang terus meningkat, tak sedikit juga banyak orang yang terpaksa harus kehilangan pekerjaan di tahun 2020 kemarin.

Semua kegiatan dirumahkan termasuk salah satunya kegiatan belajar mengajar, bagaimana nasib seorang siswa/siswi yang membutuhkan bimbingan secara khusus dari para guru pendidik? Sedangkan pembelajaran semuanya dilakukan secara daring dan online, sangat besar kemungkinan mereka menjadi lebih sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Seorang ibu yang tidak memiliki basic sebagai seorang guru tentunya akan merasa sangat kesulitan untuk membantu mengajarkan anak-anak mereka belajar, bahkan tugas-tugas yang diberikan oleh pihak sekolah begitu banyak hingga membuat para siswa maupun siswi mengeluh lelah dan stress dengan tugas sekolah yang menumpuk.

Bukan hanya siswa/siswi saja yang banyak mengeluh, namun banyak juga sebagian dari para orang tua pun ikut mengeluh. Bagaimana tidak mereka sudah merasa kerepotan dan kewalahan dengan banyaknya pekerjaan rumah tangga, belum lagi bagi mereka yang bekerja dan terpaksa harus ditambahkan dengan tugas sekolah anak-anaknya.

Wajar saja jika banyak sebagian di antara mereka menginginkan untuk anaknya kembali aktif masuk sekolah seperti sedia kala, namun mau bagaimana lagi kita semua sama-sama tak bisa memaksakan keadaan. Memang seperti ini jalannya yang harus kita lewati bersama-sama demi menjaga protokol kesehatan yang sudah diterapkan oleh pemerintah.

Bukan hanya wabah kecil itu saja yang selalu menjadi keresahan dan kekhawatiran bagi kita semua, karena masih banyak banget musibah lainnya yang menimpa kita semua. Mulai dari berbagai peristiwa dan bencana alam seperti banjir sudah tersebar dimana-mana, tanah longsor, gunung meletus, angin puting beliung dan peristiwa luar biasa lainnya.

Apa gerangan yang sebenarnya terjadi? Dan Mengapa musibah selalu terjadi dimana-mana? Tentu semua itu selalu menjadi banyak pertanyaan bagi kita semua dan segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi ini sudah menjadi takdir Allah tetapi kalau masing-masing di antara kita bisa introspeksi diri. Semua ini juga terjadi lantaran karena dosa kita yang begitu banyak, wallahualam bisshawab.

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS. An-Nahl: 112).

Seringkali kebanyakan manusia tak pernah menyadari apa saja kesalahan dan dosa yang telah mereka perbuat sebelumnya, seharusnya dari semua kesalahan itulah bisa memberikan mereka pelajaran untuk menjadi seseorang yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Beberapa hari yang lalu saya sempat tersontak kaget saat melihat video viral di postingan salah satu ustad yang saya temui di akun media sosial, membahas tentang hilangnya rasa malu seseorang terlebih lagi seorang muslimah.

Saya sebagai seorang muslimah merasa sangat malu dan sedih saat melihat seorang muslimah tak memiliki rasa malu yang sudah sepatutnya harus mereka jaga, tanpa mempunyai rasa malu sedikitpun dengan bangganya mereka joget-joget di depan kamera (dalam bentuk video tik tok) lantas kemudian mereka posting ke akun sosial media mereka hingga mulai tersebar kemana-mana dan viral.

"Dimana letak malumu wahai muslimah?"

Bahkan mereka yang menutupi auratnya dengan baluran jilbab hingga mengenakan cadar pun mulai ikut aktif berjoget ria dengan alasan semua itu hanya sebatas untuk hiburan saja.

Saya sama sekali tak pernah mempermasalahkan jilbab yang mereka gunakan, karena di sini bukanlah jilbab yang mereka gunakan yang salah melainkan akhlaq yang ada pada diri mereka yang salah.

Seperti yang telah kita ketahui bersama manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah paling sempurna dibandingkan dengan makluk yang lainnya, seorang manusia Allah ciptakan dengan akal dan pikiran.

Sudah seharusnya dengan akal pikiran tersebut manusia bisa mulai berpikir, mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah.

"Malu adalah sebagian dari bentuk keimanan." (HR Al-Hakim dan Baihaqi)

Fenomena hilangnya rasa malu pada manusia sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu kala, dengan perkembangan dan kemajuan teknologi pada zaman modern fenomena ini bukannya semakin berkurang malah semakin menjadi-jadi jauh lebih parah dari sebelumnya.

Coba kita sama-sama lihat di sekitar sekeliling kita bahwa fenomena hilangnya rasa malu dapat kita temui dimana-mana, terlebih lagi pada akun sosial media yang sudah tersebar ke seluruh dunia.

Sungguh perihatin melihat perkembangan sosial media sekarang ini meski perlu diapresiasi banyak konten yang menyajikan hal-hal positif namun, tak bisa bisa dipungkiri konten negatifnya pun tak kalah banyak.

Perasaan malu itu meliputi 3 hal; Pertama, malu pada diri sendiri saat ketika sedikit melakukan amal saleh kepada Allah dan menebarkan kebaikan untuk orang banyak. Kedua, malu kepada manusia yaitu menjaga semua anggota dan gerak-gerik badan agar terhindar dari hawa nafsu. Dan yang terakhir, malu pada Allah yaitu malu apabila melakukan maksiat atau segala apapun yang menjadi larangan-Nya.

Jangan sampai salah menggunakan akun sosial mediamu, pergunakanlah akun media sosialmu untuk hal-hal yang bermanfaat dan bisa menginspirasi banyak orang bukan justru malah membuat Allah menjadi murka kepadamu.

Semoga dengan adanya tulisan ini bisa menebarkan banyak manfaat dan menginspirasi kita semua, serta bisa juga membuat kita semua sama-sama saling mengintropeksi diri untuk menjadi seseorang yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun