Jiwa sejatimu selalu pulang dalam mimpiku, padahal ragamu ada bersamaku.
Masihkah tirai misteri menjadi dinding di antara kita?
Dalam mimpi tawamu masih seperti dulu.
Ketika kita mencuri sepotong surga penuh cinta, lalu kita terkapar di bawah pohon waru tepi pantai Pasir Putih.
Bisikmu berkejaran dengan deru angin laut, Â mendesis pada cuping telingaku yang hanya dapat menerka sebagian makna.
Hatiku, Â rasaku, Â bahasa tubuhku, Â dapat mengenali jiwa sejatimu, meski dengan mata terpejam.
Kemudian kamu masuk sepenuhnya dalam dunia mimpiku. Â
Bertahun-tahun, sampai datang awan gelap penuh misteri, mencabut paksa kehadiranmu.
Memisahkan jiwa dengan tetap meninggalkan raga di sisiku.
Raga yang tak lagi kukenali.
Raga yang ditinggalkan jiwa sejati.
Aku terjebak pada sepi dan patah hati, Â yang perlahan tapi pasti kehilangan aroma cinta.
Tetap kubiarkan kelebat raga lalu lalang di hadapan hatiku yang lengang.
Aku hanya menggenggam hatiku sendiri, Â menunggu jiwa sejati kembali pulang.
Dan semalam.
 Jiwa sejatinya pulang,  minta sikat gigi baru.
...
Ahahaaa...
#Mimpi_itu_ selalu_ punya_ endingnya_ sendiri
Laopo minta sikat gigi baru...
*Sidoarjo, 13 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H