Mohon tunggu...
Abdurrahman
Abdurrahman Mohon Tunggu... -

Pendapat lain yang perlu diperhitungkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

5 Macam Hubungan Cinta Berdasarkan Sidik Jari

8 Agustus 2016   21:43 Diperbarui: 18 Agustus 2016   10:50 9481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pola Hubungan antarkecerdasan STIFIn (dokpri)

Pertama, pria mencintai/membutuhkan/didukung wanita. Contoh suami S istri F. Ini adalah hubungan pasangan suami istri yang paling ideal. Pada pasangan ini, yang diuntungkan adalah suami. Memang benar ada pepatah yang bilang wanita lebih baik dicintai daripada mencintai. Dengan begini, sang suami akan berusaha bekerja keras dan berkorban apa saja untuk istri. Pria akan senantiasa melihat istrinya begitu lucu, cantik, dan tidak membosankan. Kadar cinta suami sebesar 100%. Dan karena istri merasa diperhatikan suami maka kadar cinta istri bisa meningkat sampai menjadi 99% namun tidak akan pernah bisa menjadi 100% karena istri mencintai tipe pria lain.

Kedua, wanita mencintai/membutuhkan/didukung pria. Contoh suami S istri T. Pada pasangan ini, yang diuntungkan adalah wanita. Sang perempuan merasa butuh dengan lelakinya. Istri akan melihat suaminya tampan dan menggemaskan. Hal yang perlu diwaspadai adalah karena yang mencintai adalah wanita maka bisa jadi sang pria akan melihat atau mencintai tipe perempuan lain. Untuk itu, sang istri harus melayani suami dengan baik. Dan istri sebisa mungkin tidak menyakiti hati suami. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana mungkin wanita yang mencintai suaminya bisa menyakiti hati suaminya. Bisa saja, jika wanita itu begitu mencintai suaminya sehingga ingin berduan terus dengan suami sampai-sampai istri melalaikan tugasnya.

Ketiga, pria menaklukkan wanita. Contoh suami S istri In (instinct). Sang wanita akan sering merasa tertekan terhadap perilaku sang pria. Karena suaminya sering jengkel dan marah-marah. Namun sebenarnya itu tidak bisa disalahkan karena si suami melihat kelemahan istri. Jengkelnya itu hanyalah harapan supaya kelemahan istri bisa dikurangi. Lagipula, karena ayah adalah kepala keluarga maka tidak mengapa ayah menaklukkan ibu meskipun ibu merasa tertekan. Yang perlu diperbaiki adalah cara komunikasi suami dalam menyampaikan kelemahan istri dan istri harus bersabar menerima keluhan suami. Suami sering mengeluh kepada istri karena suami banyak melihat kekurangan istri.

Keempat, wanita menaklukkan pria. Contoh suami S istri I (intuiting). Jenis pasangan ini harusnya dihindari. Jika ini terjadi maka akan terbentuk suami-suami takut istri. Dan sang istri lah yang menjadi kepala keluarga. Sebenarnya marahnya istri untuk suami adalah baik guna menutupi kelemahan suami. Namun tetap saja suami adalah kepada keluarga sehingga istri harus hormat kepad suami. Untuk itu yang diperbaiki adalah komunikasi istri terhadap suami. Selain itu perlu melibatkan pihak ketiga misal orang F yakni orang tua atau mertua.

Kelima, pria sama dengan wanita. Contoh suami S istri juga S. jenis pasangan ini juga harus dihindari. Karena kalau sama-sama orang S maka suami istri tidak bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Mereka memiliki pola pikir yang sama sehingga dalam jangka panjang akan tercipta hubungan yang datar dan membosankan. Untuk itu perlu juga melibatkan pihak ketiga misal orang F yaitu dari orang tua atau mertua. Terus, suami juga harus meningkatkan kualitasnya sebagai orang S sehingga tercipta perbedaan dengan istri. Dan juga keduanya tidak boleh egois dan harus ada yang mengalah.

Dengan demikian, bagi yang belum menikah atau sudah menikah tetapi memiliki permasalahan di atas maka perlu dikonsultasikan supaya bisa diketahui akar masalahnya. Jangan-jangan hubungan yang tidak sehat ini karena terjalin hubungan yang tidak ideal. Namun apapun itu, jika suami istri bisa menerima dan berkompromi dengan keadaan yang sudah terlanjur terjadi maka hubungan yang tidak ideal pun seharusnya tidak menjadi persoalan. Tetaplah bersyukur dan tingkatkan nilai-nilai spiritualitas dalam diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun