Orang dengan kecerdasan Feeling (F) mendukung orang dengan kecerdasan Sensing (S).
Orang dengan kecerdasan Intuiting (I) menaklukkan orang dengan kecerdasan Sensing (S).
Bagi orang S, orang F adalah coach yang bisa membantu memaksimalkan bakat atau kelebihan dia. Orang S akan merasa kagum terhadap orang F sehingga orang S membutuhkan orang F dan tidak bisa jauh-jauh dari orang F. Di sini orang F berperan sebagai coach (guru yang lunak) bagi orang S.
Bagi orang S, orang I adalah mentor yang bisa membantu mengatasi atau menutupi kelemahan dia. Orang I melihat banyak kelemahan dari orang S sehingga orang I sering marah, jengkel, dan keras terhadap orang S. Akibatnya orang S merasa tertekan dan ketakutan pada orang I. Namun sebenarnya orang S membutuhkan orang I karena orang I adalah mentor (guru yang keras) bagi orang S.
Untuk kecerdasan yang lain, penjelasannya sama seperti di atas.
Orang Thinking membutuhkan orang Sensing tapi orang Thinking ditaklukkan oleh orang Feeling.
Orang Instinct membutuhkan orang Thinking tapi orang Instinct ditaklukkan oleh orang Sensing.
Orang Intuiting membutuhkan orang Instinct tapi orang Intuiting ditaklukkan oleh orang Thinking.
Orang Feeling membutuhkan orang Intuiting tapi orang Feeling ditaklukkan oleh orang Instinct.
Ini bisa diaplikasikan ke banyak hubungan, misal politik pemilu dan bahkan hubungan pasangan suami istri. Bahkan menurut pemahaman saya, berdasarkan konsep STIFIn ini berarti tidak ada satu pun pasangan suami istri di dunia ini yang saling mencintai. Yang ada satu mencintai dan satu dicintai.
Tingkatan pasangan suami istri yang paling ideal adalah: