Mohon tunggu...
penulis makna
penulis makna Mohon Tunggu... Freelancer - penulis

hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melawan Klitih Bersama Lupus

13 September 2024   10:38 Diperbarui: 13 September 2024   10:50 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertanyaannya, mengapa memilih sosok Lupus?

Solusi bagi Kelompok Rentan Pelaku Klitih!

Seperti yang masyarakat umumnya ketahui, sampai saat ini,  klitih masih secara aktif diatasi melalui cara-cara penegakan hukum. Meskipun faktanya, penegakan hukum terhadap aksi klitih belum mampu menghentikan regenerasi klitih sebagai ajang pencarian jati diri, sebagaimana pakar sosiologi Universitas Gajah Mada, Wahyu Kustiningsih, yang kembali menegaskan melalui tirto.id, bahwa klitih tidak akan selesai, karena ada regenerasi, "Kalau kita bilang klitih sebagai kenakalan, ada unsur eksistensi. Anak muda yang sedang eksistensi cari jati diri. Kalau ditangkap bisa jadi enggak ada penyesalan, semakin ditangkap semakin menunjukkan power-nya ke grupnya," ujarnya.

Pernyataan itu diamini oleh Wakil Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brigjen Pol R. Slamet Santoso mengakui "kasus klitih atau kejahatan jalanan yang terus terjadi di provinsi ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan upaya penegakan hukum."

Media  semakin sering melaporkan terjadinya peristiwa klitih di Jogja akhir-akhir ini. Hal tersebut mengungkap fakta bahwa klitih terbukti mengalami peningkatan.

Klitih sebgai aksi kejahatan sudah saatnya diakhiri dengan solusi yang tepat. Yakni memutus regenerasi pelaku klitih.  Sebagaimana ditegaskan Brigjen Pol R Slamaet Santoso melalui tirto.id, "Memang klitih ini kita harus selesaikan secara komprehensif, tidak bisa hanya dengan penegakan hukum," kata Slamet Santoso saat Jumpa Pers Akhir Tahun 2021 di Yogyakarta, Rabu (29/12/2021).

Bukan hal mudah melakukan koordinasi menekan angka klitih. Tapi siapa tahu,  klitih bisa diatasi hanya dengan memberikan solusi nyata.  Seperti keterlibatan para pihak untuk membuat laporan berisi daftar kelompok rentan berperilaku negatif dalam hal ini klitih.

Penanganan laporan daftar kelompok rentan klitih mestinya dapat ditindaklanjuti  melalui dinas terkait seperti Dinas Sosial bekerjasama dengan Dinas Pendidikan maupun Dinas Tenaga Kerja untuk; Pertama, membuat assasment terhadap kelompok rentan klitih. Kedua, mencoba membuka ruang ekspresi bagi kelompok rentan klitih supaya dapat mengakses stimulus mental yang positif.  Seperti misalnya, memberikan akses di dunia kejuaraan olahraga, melibatkan mereka dalam kejuaraan game, pelatihan penulisan,  peternakan, dan lain sebagainya.

Untuk menekan angka klitih yang eskalasinya  dari bulan agustus hingga september 2024 ini naik, tak ada salahnya kita memberikan refleksi akan sosok seperti Lupus.  Mengingat usia pelaku Klitih sebagaimana fakta yang tertulis di artikel Sejarah Klitih, Fenomena Kriminal yang Ramai Terjadi di Jogja melalui laman kabar24.bisnis.com, bahwa rata-rata usia pelaku klitih di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah antara 14 hingga 18 tahun. Banyak diantaranya masih berstatus sebagai pelajar.

Mencontoh Lupus Sebagai Karakter Idola 

Lupus adalah karakter fiksi hasil rekaan penulis novel Hilman Hariwijaya. Karakter ini dulu pernah populer di Indonesia di tahun 1980-an. Sosok Lupus dikenal sebagai remaja yang ceria, cerdas, dan penuh humor.  Hobi Lupus yang unik adalah memelihara ayam.

Sekilas, Lupus nampak lebih beruntung. Ia tumbuh dalam fase pencarian jati diri di lingkungan yang mendukung hobinya yang positif. Tentu para remaja pelaku aksi klitih itu pun berhak mendapatkan kesempatan dan peluang yang sama seperti lupus.

Mungkin sebagian dari kita berpikir, tak ada salahnya menjadikan Lupus sebagi role model yang identik dengan remaja saat ini. Toh, dalam fase pertumbuhan, dalam ilmu psikologi perkembangan,  remaja Usia 12 hingga 18 tahun tengah berada dalam fase mengalami perubahan fisik yang signifikan akibat pubertas. Di usia remaja inilah mereka mulai mencari identitas diri, kemandirian, dan juga mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun