Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

15 Pegiat Literasi Nasional Berbagi Ilmu di Pelosok Perbatasan Indonesia - Malaysia

7 November 2022   08:15 Diperbarui: 7 November 2022   11:45 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumentasi Dodi Mawardi

Foto: dokumentasi Tantri Sulastri

Sebanyak 15 pegiat literasi nasional dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Selatan, Serang, Yogya, Solo, dan Pontianak, berbagi ilmu kepada siswa, guru, ASN, perangkat desa & kecamatan, serta warga di Krayan Tengah, perbatasan Indonesia -- Malaysia di Kalimantan Utara. Mereka membagikan pengetahuan tentang membaca dan menulis, menulis buku populer, menulis buku teks pelajaran, menulis puisi, membaca puisi, fotografi, dan yoga, selama sepekan (27 Oktober -- 3 November 2022) dalam acara Batu Ruyud Writing Camp I 2022.

 

Menurut penggagas acara literasi berskala nasional ini -- Dr. Yansen T.P., M.Si., kegiatan tersebut dalam rangka meningkatkan semangat literasi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya warga di perbatasan, yang selama ini kurang tersentuh. Padahal, mereka juga warga negara Indonesia yang punya hak sama dengan warga lainnya. Tingkat literasi di Indonesia masih rendah, sehingga pihaknya akan terus menggelorakan semangat tersebut, dimulai dari wilayah pelosok perbatasan. Di pelosok perbatasan saja bisa melakukan hal seperti ini, seharusnya di wilayah lain pun bisa menggelorakan literasi untuk kemajuan bangsa.

 

Wilayah Krayan Tengah kabupaten Nunukan masih terisolasi dari jalur darat dan air. Warga setempat hanya bisa keluar dan masuk wilayah menggunakan pesawat terbang kecil melalui beberapa bandara mini. Maskapai penerbangan perintis seperti Susi Air dan MAF, terbang seminggu dua kali mengangkut penumpang dan barang dari dan ke kota-kota di sekitarnya yaitu Malinau (waktu tempuh 25 menit), Tanjung Selor (45 menit), Nunukan (1 jam), dan Tarakan (1 jam). Tentu dengan biaya yang tidak murah.

 

Warga Krayan Tengah pun belum pernah merasakan subsidi energi listrik sepanjang hidup mereka, karena PLN, perusahaan listrik negara itu, belum mampu melayani mereka. Tidak ada jaringan PLN di sana. Warga memanfaatkan peralatan tenaga surya atau genset berbahan bakar solar untuk penerangan di malam hari, yang harganya juga tidak murah. Selama 77 tahun Indonesia merdeka, untuk urusan energi listrik dan BBM, mereka belum merasakan kemerdekaan tersebut.

 

Foto: dokumentasi Dodi Mawardi
Foto: dokumentasi Dodi Mawardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun