Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar Uji Nyali dari Kapolres Jakarta Barat

4 Maret 2019   16:10 Diperbarui: 4 Maret 2019   16:27 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            

      

   


Tak semua prajurit pemberani. Tak semua perwira punya nyali. Tak seluruh jenderal memiliki nyali dan berani. Tiga kalimat itu saya pakai sebagai bumbu dalam buku yang sedang saya siapkan yaitu Belajar Berani dari Jenderal Benny. Kupas tuntas berbagai pemikiran, ucapan dan terutama tindakan Jenderal L.B. Moerdani. Dengan kategori penuh keberanian dan sarat nyali. 

Ternyata, titisan nyali dan keberanian Jenderal Benny, beberapa tetesannya melekat pada perwira yang satu ini. Wajar, karena selama tiga tahun sang perwira belajar di sebuah SMA yang didirikan oleh Jenderal Benny; SMA Taruna Nusantara Magelang. Sebuah sekolah yang bermimpi mencetak manusia yang peduli terhadap bangsanya. Punya setitik jiwa nasionalis, yang sangat penting dalam mengisi masa depan bangsa dan menjaga Nusantara tetap satu. NKRI harga mati. 

Oh ya, nama perwira ini adalah Hengki Haryadi. Perwira Polri berpangkat Komisaris Besar lulusan Akpol 1996. Saat ini menjabat sebagai Kapolres Jakarta Barat. Sosoknya menarik. Baik fisik maupun non fisik. Tampilannya pasti akan membuat banyak wanita terpesona... Cie (maaf ya komandan serta nyonya). Tinggi besar dan... ganteng. Bisa jadi pemeran utama sinetron atau film layar lebar. Ingat aktor laga masa lalu, Barry Prima? Nah kira-kira seperti itulah sosok fisiknya. 

Namun yang lebih menarik bukan tampilan fisiknya. Fisik itu gifted dari yang Maha Kuasa. Tak bisa diubah kecuali dengan teknologi operasi plastik. Yang lebih menarik dan kenapa pak Kapolres ini sering muncul di televisi adalah karena kiprahnya. Tindak tanduknya. Dia berani. Punya nyali. 

Salah satu yang menjadi sorotan ketika Kombes Hengki menangkap masternya preman di Jakarta, Hercules. Dia bukan preman biasa. Dia punya banyak anak buah. Punya beking. Juga punya afiliasi politik. Itulah sebabnya selama bertahun-tahun, Hercules aman tenteram menjalankan profesinya sebagai preman profesional. Ups... Maaf itu istilah kreasi penulis. 

Hengki tak peduli. Hercules tetap ditangkap. Bahkan dengan cara yang cukup vulgar. Untuk menunjukkan bahwa polisi tidak kalah dari preman. Hercules dicokok langsung, lalu digelandang ke Polres dengan borgol. Pak Kapolres ingin menunjukkan bahwa preman tidak akan pernah menang melawan hukum, dan penegak hukum. 

Aksi pria asal Lampung ini membuat heboh. Media massa menyoroti keberaniannya. Apalagi saat itu, Hercules memimpin sebuah ormas yang berafiliasi ke salah satu parpol besar. Bahkan sorotan media menjadi-jadi karena Hengki menangkap Hercules bukan hanya sekali. Tapi dua kali. Bahkan tiga kali. Kali pertama tersebut, hanya menghasilkan putusan penjara buat Hercules dalam hitungan bulan. Shock therapy-nya kurang. Hengki menangkap lagi Hercules untuk yang kedua dan ketiga kalinya. Menurutnya, preman kelahiran Timor Timur itu punya banyak masalah hukum. Walaupun sang preman juga punya nyali besar. Dia sempat menantang aparat hukum. Dia mengklaim kebal terhadap hukum dan juga kebal dari senjata. Preman yang hebat. 

Apa kata mantan Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok itu? 

"Walaupun langit runtuh, penegakan hukum harus tetap dilakukan!" Keren. Berani. Bernyali. Sekali lagi... Tak semua perwira punya nyali. 

Selain urusan dengan Hercules, nama Hengki juga sempat menjulang karena aksinya terkait mafia pangan. Sebuah kasus yang unik. Sebelumnya nyaris tak ada yang peduli dengan urusan hukum terkait penyediaan dan penyaluran beras. Kasak kusuk tentang mafia beras sudah ada sejak lama. Tapi nyaris tak pernah bersentuhan dengan hukum. Hengki membongkar salah satunya. 

Alhasil hebohlah jadinya. Publik terbuka matanya bahwa dalam urusan pengisi perut (baca: beras) ternyata memang bermain para mafia. Dan sudah berjalan cukup lama. Meski kemudian muncul pro kontra, kasus ini terus berlanjut. Sebagian kalangan menyebut sebagai pengalihan isu. Sebagian lagi mengatakan kasus ini mengada-ada. Dan sebagainya. Yang lebih menarik lagi, Hengki menyentil sejumlah nama besar dalam mafia beras atau kemudian disebut sebagai mafia pangan. 

Menurut pengakuannya kepada penulis, sang nama besar itu sempat berkomunikasi langsung dengannya terkait kasus itu. Biasa, negosiasi kelas tinggi. Hengki bergeming. Dia tetap menegakkan hukum. Seperti ucapan yang sering dilontarkannya, "Meski langit runtuh..." 

Berkat keberanian dan nyalinya membongkar kasus mafia pangan, Kombes Hengki Haryadi mendapatkan penghargaan khusus dari Menteri Pertanian. Mantap.

Meski bumi gonjang ganjing, dan langit runtuh, lanjutkan keberanian dan nyalinya sobat! Ingat selalu moto kita di dusun Pirikan, memberikan karya terbaik bagi bangsa, negara dan dunia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun