Terlalu banyak hal baik, selama setahun hubungan amat dekat dengan beliau, yang tidak mungkin diceritai satu per satu dalam satu kesempatan. Sesungguhnya masih ada setumpuk materi hasil hubungan tersebut yang masih bisa dijadikan beberapa buku lagi.
Saya ibaratkan, “Sekolam tinta pun tak akan cukup
untuk menuliskan nilai-nilai hebat yang dimiliki Om Bob.”
Peran Istri
Hampir saya akhiri tulisan ini, sebelum sebuah bisikan mengatakan, “Jangan lupakan bagaimana prinsip Om Bob dalam berkeluarga.” Ya, Om Bob layak menjadi teladan bukan hanya dalam urusan bisnis, tapi juga dalam hubungannya dengan keluarga, khususnya dengan sang istri Mami Sulami. Hubungan yang luar biasa, yang terjalin melalui proses panjang dan berliku. Mereka berdua sangat memahami peran masing-masing, dalam mendukung pasangannya. Ketika merintis usaha dengan berjualan telur ayam, Mami Sulami-lah yang menguatkan semangat Om Bob. Pun dalam banyak hal lainnya. Mami adalah jebolan Bank Indonesia yang tentu punya cara berpikir istimewa tentang urusan keuangan dan ekonomi.
Om Bob menyebutkan betapa pentingnya peran istrinya, berkali-kali dan dalam banyak kesempatan. Dia tidak mengada-ada atau sekadar ingin menyenangkan istrinya. Kalimatnya tulus dan penuh makna. Satu kalimat yang tak akan pernah saya lupakan tentang peran istri buat Om Bob adalah, “I’m just like a shit on the table, without her.” Sebuah kalimat yang njleb. Dalem. Mungkin buat sebagian orang terasa lebay. Tapi beliau mengucapkannya dengan kesungguhan hati. Saya tahu persis kalimat itu berasal dari sanubarinya paling dalam. Saya merenung dan membayangkan wajah istri saya. Saya merenung dan meresapinya.
Ucapan itu terbukti dengan kesetiaan cinta mereka sampai maut memisahkan. Hubungan mereka luar biasa dan layak diteladani. Mami Sulami lebih dulu wafat pada Juli 2014. Sebuah kehilangan amat besar bagi Om Bob. Dia kehilangan salah satu sayapnya. Bung Karno mengatakan, “Suami-istri itu seperti burung. Jika kedua sayapnya kuat maka bisa terbang setinggi mungkin. Sebaliknya, kalau salah satu sayapnya patah, dia tidak akan bisa terbang sama sekali.” Om Bob kehilangan salah satu sayapnya…
Hari Senin sore menjelang matahari terbenam, 19 Januari 2015,
enam bulan setelah ditinggal Mami Sulami,
Om Bob pun menyusul menghadap Sang Kuasa dan bertemu dengan belahan jiwanya.
Saya tak mampu membalas kebaikan dan “hujatan” Om Bob kepada kami semua. Kecuali ucapan terima kasih banyak dan doa yang selalu terpanjat baik selama hidupnya, maupun kini setelah beliau hidup damai di alam baka. Selamat jalan Om. Engkau manusia istimewa. Semoga kebaikan-kebaikanmu menjadi catatan amal yang membuatmu diterima di sisi-NYA. Amin.