Hari masih pagi dan udara sangat sejuk, aku berkemas untuk menghadiri gathering bersama rekan-rekan pada sebuah resto di kotaku.Â
Aku tak terbiasa datang terlambat, jadi sampai di ruangan pun masih banyak kursi yang kosong.Â
Aku mengambil kursi paling depan dengan meja bundar dan berisi empat kursi, kebetulan disitu baru diisi satu orang rekanku.Â
Tak lama seorang wanita paruh baya nan rapi mendekat dan duduk di kursi sebelahku, kami hanya saling mengangguk dan tersenyum.Â
Aku bukan tipe orang yang senang berbasa basi, namun rekanku berusaha menghidupkan suasana dengan menyapanya. wanita itu berasal dari daerah yang aku kenal, dan saat wanita itu menyebutkan pekerjaan tetapnya.Â
Terlintas sebuah nama yang pernah singgah di hatiku, yang bahkan sampai saat ini aku tak pernah sanggup untuk menghapus jejaknya dari kehidupanku.Â
Kuberanikan diri untuk bertanya, dan wanita itu ternyata satu kantor dengannya. Baru kali ini aku teledor dengan menanyakan tentang dia ke orang yang satu daerah dengannya.Â
Sebelumnya banyak dari mereka yang aku kenal dengan daerah tinggal yang sama, namun aku selalu berhasil menahan diri untuk tidak bertanya.Â
Tapi kali ini, aku benar-benar memberanikan diri untuk bertanya. Karena aku berfikir, jikapun aku bertemu dengannya, aku telah siap, dan tak lagi ada air mata karena kehilangannya.
Wanita itu memperlihatkan foto rekan kerjanya yang kumaksud ke aku, dan aku iya kan bahwa itu memang dia.Â
Tak lama wanita itu minta foto bareng dan juga minta  nomor kontakku, tadinya tidak akan aku kasih, tapi atas dasar apa aku tak memberinya, toh dia wanita, berteman juga dalam satu forum ini.Â