Mohon tunggu...
Ihsan Iskandar
Ihsan Iskandar Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penulis yang tertarik akan politik, seni sastra, dan psikologi

Tiap tulisan tercipta bukan tanpa alasan dan tanpa tujuan. memahami maka tiap kata, untuk mencapai sebuah kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Curah Logika Puisi | Tertipu Boneka

24 Desember 2017   09:28 Diperbarui: 24 Desember 2017   09:34 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menari dengan indah gemulai

Tahun baru dan lama pun terpikat karenanya

Gerakan sayu dan layu yang memikat

Semua terpana karena satu yang dipandang

Padahal diisekitarnya darah mengalir dengan deras

Teriakan memilukan gendang telinga layaknya tiupan ganas musim tropis

Cairan merah sudah menggenang sampai telapak kaki

Rasa tertegun semu memudari keebenaran hayati

kita dan mereka kurang membuka mata

tarian itu tak lebih dari untaian benang

tangan hitam gelap yang dimainkan maestro sambil tertawa

bukan kebenaran yang telah mengusai kita

#penjelasan Penulis : Melihat sekumpulan manusia masih terjajah di dunia serba modern ini, sampai bertanya dalam duka "Dimana letak moralitas modernnya?". Sudah lama sekali permainan ini berlangsung, suatu kawasan yang memiliki sejarah tempat tinggal yang sama oleh kedua belah pihak. Solusi mudah saja diambil, dengan resolusi 2 Negara berdiri secara sah dan diakui tiap Negara. 

Namun Israel tidak puas dan ingin mengambil segalanya. Siksaan dan penderitaan sudah lama diterpa Palestina. Permainan politik dan tanggapan Negara tidak melihat realitas namun keuntungan. Saya melihat, kita sedang duduk di panggung dagelan, namun panggung Protagonis yang tersiksa sampai setengah mati oleh antagonis.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun