Mohon tunggu...
Pensil Kajoe
Pensil Kajoe Mohon Tunggu... Penulis - penulis

cerpenis, penyair sastratama, esais, pegiat sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan dalam Mimpi

14 September 2024   20:55 Diperbarui: 14 September 2024   21:09 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEREMPUAN DALAM MIMPI

Oleh: Pensil Kajoe

Perkenalanku dengannya lumayan lama, lebih kurang dua tahun. Saat bersama kedua temanku berkunjung ke Yogyakarta. Gadis berlesung pipi di kanan itulah yang mencuri perhatianku. Aku tak mempermasalahkan ketika dia menceritakan masa lalunya yang penuh kontroversi baik di lingkungan tempat tinggalnya atau teman-teman sekolahnya dulu. Aku sendiri sebenarnya agak risih kalau harus memanggilnya dengan nama pemberian amarhumah ibunya.

Tiap kali mengingat namanya, aku jadi ingat sesuatu yang sangat sensitive dan rahasia dari bagian tubuh kaum hawa. Waktu masuk perguruan tinggi, dia mau tak mau hars mengganti namanya yang nyleneh agar tak menjadi bahan olok-olok teman-teman barunya, di lingkungan barunya; Ratna Aulia Hapsari. Sebuah nama yang jauh lebih baik dari nama sebelumnya. Aku mengenalnya sebagai waiters di salah satu restaurant seafood di Kota Gudeg.

Hujan cukup deras mengguyur kota yang seakan tak pernah tertidur pulas. Aku dan kedua temanku seperti biasa mencari penyelamat malam. Karena seharian kami bertiga belum bertemu nasi beserta kawanannya. Maka kami putuskan untuk mampir ke restauran langganan kalau sedang berkunjung ke kota ini. Selain makanannya lezat di lidah, harganya pun tak terlalu menguras isi kantong.

Aku berencana ingin mempersunting perempuan tersebut, tapi aku masih ragu  untuk menyampaikan keinginanku pada keluarga. Apalagi setelah kejadian dua bulan lalu, saat ayah tahu aku menjalin hubungan dengan Ratna, beliau schock saat kuceritakan siapa dia sebenarnya. Hingga akhirnya ayah terkena serangan jantung dan di rawat di rumah sakit selama satu bulan.

Sejak saat itulah aku merasa bersalah. Namun aku juga tak bisa membohongi perasaanku sendiri. Di satu sisi aku menyayanginya, tak peduli siapa dia sebelum berganti nama. Kalau menurutku nama aslinya lebih unik dan mudah diingat. Aku juga tak mempermasalahkan dari latarbelakang apa dia berasal.

Malam itu, kami bertiga memilih meja paling kanan dekat jendela, posisi itulah yang paling indah karena kami bisa memandang laut selatan, menikmati gulungan ombak yang seolah saling berkejaran. Tak seperti biasanya, kali ini seorang waiters laki-laki menghampiri meja kami. Padahal biasanya kalau aku datang, Ratna langsung menghampiri dan menanyakan menu apa yang akan kami pesan. Satu hal dari dia yang membuatku kangen adalah lesung pipinya. Ah sayang, padahal malam ini aku mau pamitan karena besok pagi kami bertiga harus segera pulang ke Purwokerto.

"Kenapa Mas? Cari Ratna ya?" sepertinya pelayan itu tahu kalau aku sedang mencari Ratna.

"Oiya, tumben dia tidak kelihatan?" tanyaku

"Sudah dua hari ini dia tidak masuk kerja Mas, dia izin sakit," jawab laki-laki berrompi abu-abu dengan dasi kupu-kupu. 

Melihat kegelisahanku dua orang temanku seling berpandangan dan tersenyum, saling beradu sikut.

***

12: 00 WIB

Baru saja aku menginjakan kaki di depan pintu rumah, Vina adikku yang masih TK menghambur ke pelukanku. Wajar saja kalau dia kangen, sama sepertiku. Beberapa hari kami tak bertemu.

Layaknya anak kecil, Vina bergelayut manja di lenganku.

"Asiik Kak Anto pulang. Kakak bawa mainan buat Vina kan? Mana, mana Vina ingin lihat," adikku terus merajuk sambil tetap menggamit tanganku.

"Eh, sudah pulang kamu Nak, kok tidak kasih tahu ibu dulu?"

"Maaf Bu, hp Anto lowbatt jadi tidak bisa kasih kabar sama Ibu,"  

           

"Oh ya sudah, sana bersihkan badanmu dulu, lalu kita makan siang bersama. Lihat itu adikmu dari kemarin nanyain kamu terus," ujar ibu sembari menata lauk makan siang di meja makan.

 "Iya ayo cepat Kak, sana mandi dulu. Bau keringat nih," Vina meledek sambil menutup hidung dengan tangan kiri dan tangan kanannya dia kibaskan di depan hidungnya.

"Iih anak nakal, awas kamu ya," aku mencubit pipinya yang bakpao. Vina meringis kesakitan.

"Aww sakit Kak,"

"Iya makanya jangan nakal,"

8 April 2010

06 : 09 WIB

Aku terkejut ketika Ratna tiba-tiba  datang ke rumahku. Ada apa gerangan dia datang sepagi ini. Kulihat matanya berkaca-kaca. Dia langsung memelukku. Tangisannya semakin menjadi.

"Kak, aku hamil," suaranya tersendat di sela isaknya. Mendengar ucapannya, tubuhku mendadak seperti tanpa tulang. Dia mengguncang-guncangkan tubuhku. Meminta jawabanku yang masih terdiam, tak percaya dengan apa yang dia ucapkan. Namun aneh, kudengar suaranya berubah. Suara yang tak suara rengekan seorang anak kecil. Suara adikku, Vina.

"Vina?! Kau...?" aku terperanjat saat membuka mata.

"Vin, Kak Ratna mana?" tanyaku setengah sadar sambil menyapukan pandangan ke seluruh sudut kamar.

"Kak Ratna siapa Kak? Di sini tidak ada yang namanya Kak Ratna," ujar adikku dengan dahi berkernyit kebingungan.

"Ya tadi kulihat ada Kak Ratna di sini. Dia menangis,"

"Ratna siapa sih? Di sini nggak ada siapa-siapa kecuali kita bertiga Kak,"

Aku menghela nafas dalam-dalam sambil memulihkan kesadaranku.

"Jam berapa sekarang Vin?"

"Setengah enam sore Kak. Sudah cepat bangun, sebentar lagi maghrib loh."

Aku baru sadar kalau apa yang baru saja kualami hanya mimpi.

"Syukurlah," ucapku dalam hati.

Aku bangkit dari tempat tidur, melangkah menuju kamar mandi. Kubiarkan halaman sembilan puluh tetap terbuka, tepat pada cerpen Djenar Maesa Ayu yang berjudul

NAMANYA...

Tumiyang, 26052015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun