bersatu.
Matanya berkaca, setelah menceritakan kisahnya dengan mantan suaminya, sembari memperlihatkan lengannya yang luka akibat KDRT. Demi Tuhan, kupikir Iblis pun takkan pernah tega melukai perempuan ini. Lalu bahunya bergetar menahan pilu. Akupun pindah, duduk di sampingnya, mendekapnya. Lelaki mana yang tega melihat orang yang di sayanginya begitu terpukul, karena itu ketika ia mengajak liburan ke jokja tak ku tampik.
Menu makan malam datang, kuusap bulir-bulir airmatanya dengan saputanganku. Waiter merapihkan makanan pesanan di meja. Kukecup keningnya semoga dapat menenangkannya. Kulihat waiter itu rikuh melihat kemesraan kami, karnanya
bergegas pergi.
Menunya biasa, tapi karna di jokja dan dengan seseorang yang pernah menjadi spesial di hati, yang menjadikannya
luarbiasa.
***
Kami tak membawa mobil karna jarak hotel dan malioboro hanya 10 menit, sepanjang perjalanan pulang ia melingkarkan tangannya ke lenganku, merebahkan kepalanya di bahuku. Terulang, tapi kali ini bukan sebagai kekasih; Sebagai sahabat, sahabat? Setelah ciuman di Pantai Glagah itu? Entahlah, apakah ada larangan seorang sahabat dilarang mengecup bibir sahabatnya? Cinta adalah hal yang membuat semua perihal terlihat 'aneh'.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H