Mohon tunggu...
Humaniora

Langkah Kebenaran Menuju Alam Cahaya Tertinggi

15 Desember 2016   22:56 Diperbarui: 16 Desember 2016   01:06 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

 

BAB IV
TAHAPAN MENUJU
LANGKAH KEBENARAN

Setelah penjelasan yang diberikan terdahulu, diharapkan pada saat ini, manusia-manusia yang telah memahaminya mendapatkan sebuah wawasan berpikir dan mulai dapat mengasah, untuk mempertajam hati nurani dalam meraih pengetahuan tentang ketuhanan yang sebenar-benarnya.
Beruntunglah manusia yang setelah mendapatkan pemahaman, maka dirasakan suatu perubahan dan dorongan kuat dari dalam dirinya, untuk menemukan kebenaran itu. Dan berharap, dapat pula segera bertemu dengan manusia yang diberikan petunjuk untuk membimbing, karena berarti pintu hidayah masih terbuka untuknya. Dengan memiliki bekal pengetahuan ketuhanan yang benar, ditambah dengan dorongan atau tekad dari dalam diri yang muncul dengan sendirinya, maka segeralah untuk mulai memikirkan dan merencanakan, upaya apa yang hendak dilakukan dalam mewujudkan pengetahuan yang didapatkan.
Apabila diri telah mulai bergerak dan melakukan upaya dengan segala kesungguhan, maka yakinlah, bahwa diri telah selangkah lebih dekat untuk mulai menapaki Langkah Kebenaran.
Sebuah pengetahuan yang mendalam, sarat dengan hal berharga dan mengandung nilai kebenaran langsung dari Yang Mahakuasa, akan menjadi sesuatu yang tidak bisa diambil manfaatnya oleh diri, apabila hanya sebatas dipahami, sementara diri manusia itu tidak melakukan upaya atau tindakan apa pun dalam meraihnya.
Dalam melangkah, harus selalu diingat, bahwa Tuhan Mahaberkehendak atas segala sesuatu, oleh karenanya, selalu berharap dan berpasrah kepada Tuhan Yang Mahakuasa, agar mendapatkan bimbingan dan kemudahan dalam menemukan kebenaran itu, untuk mendapatkan tujuan akhir yang menjadi puncak segala keinginan manusia.
Hanya manusia-manusia yang telah benar-benar memiliki tekad, keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh, yang berhak untuk mendapatkan bimbingan dalam melakukan tahapan Langkah-langkah Kebenaran. Hanya manusia-manusia yang memiliki dorongan dari dalam diri sesungguhnya yang akan mampu melewati seleksi alam yang terjadi, yang akan memisahkan antara manusia-manusia yang memiliki kebulatan tekad, dengan manusia yang hanya bersifat ingin tahu, ataupun sebatas mengikuti yang lain saja, ataupun manusia yang memiliki keyakinan semu.
Betapa pun seorang manusia berusaha mengemas diri dengan keyakinan dan tekad semu, dengan harapan memperoleh pengetahuan ketuhanan yang benar, maka sesungguhnya dirinya tidak akan mendapat suatu pengetahuan yang berharga sama sekali.
Disadari atau tidak, kepalsuan dan kesemuan yang masih dipertahankannya itu, justru akan semakin menjauhkan langkahnya dari jalan kebenaran yang terbentang di depan mata. Maka mulai dari detik ini, sadarilah dirimu, bahwa termasuk ke dalam bagian manusia seperti apakah dirimu? Bertanyalah kepada dirimu sendiri, karena akan kamu temukan jawaban yang jujur.
Apabila setelah mendapatkan pemahaman tentang pengetahuan ketuhanan yang benar, dirimu merasakan sesuatu yang merekah di dalam diri, memberikan motivasi dan tekad yang membara, keyakinan yang teguh, maka hal itu mengindikasikan bahwa dirimu menjadi salah satu manusia yang mendapatkan anugerah untuk segera berada di jalan kebenaran dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya.
Hal ini akan sangat dirasakan berbeda, apabila setelah mendapatkan pemahaman tentang pengetahuan bertuhan yang benar, tetapi dirimu tidak merasakan getaran apa pun, kamu tidak bisa melepaskan diri dari belenggu egoisme dan kebanggaan diri yang semu, maka hal itu berarti, bahwa belum saatnya kebenaran itu menghampirimu atau kalaupun kebenaran itu telah berada begitu dekatnya dengan dirimu, justru dirimulah yang disadari atau tidak, menjauhi kebenaran itu.
Sungguh merupakan sebuah kerugian yang mahabesar, apabila seorang manusia berada di dalam barisan manusia pada golongan kedua, karena diri manusia itu tidak mengetahui, kapan lagikah waktunya kesempatan itu akan datang kembali kepadanya?
Kapankah kebenaran itu akan berada sedemikian dekat dan hampir menyentuh manusia itu, sementara manusia itu tidak menyadarinya?
Apakah ketika kesempatan itu datang dan kebenaran menghampiri, masih terdapat waktu bagi diri manusia itu untuk menapaki jalan kebenaran itu?
Bagaimana ketika kebenaran itu hampir menyentuhnya, tetapi keberadaannya di dunia telah habis masanya dan berganti dengan waktu kematian yang mendekat, maka segala pengetahuan tentang ketuhanan yang benar, yang datang sesudahnya, tidak dapat memberikan manfaat dan menjadi penolong bagi manusia itu, karena setelah terpisah dari jasad, maka diri yang sesungguhnya akan berada di alam lain yang bukan merupakan alam bercahaya yang menjadi tujuan akhir manusia.
Dimana diri manusia itu berada pada saat itu, hanya Yang Mahakuasa yang mengetahui, karena dirinya tidak dapat lagi melakukan hubungan dengan manusia lainnya di dunia.
Betapa pun pintar dirimu tentang pengetahuan dunia, betapa pun besar materi yang kamu miliki dan betapa banyak kebaikan duniawi yang kamu tebarkan, maka hal itu tidak akan cukup untuk menebus kemuliaanmu di akhirat, karena semuanya sama sekali tidak berkaitan dengan kemuliaan di akhirat. Semua pengetahuan, materi, dan kebaikan yang bersifat duniawi, hanya merupakan suatu hubungan timbal balik yang akan dirasakan hasilnya atau akibat dari semua hal itu, ketika masih berada di dunia pula dan tidak dapat menghantarkan manusia itu untuk mencapai jalan kebenaran di akhirat.
Kemuliaan di akhirat yang bisa didapatkan oleh seorang manusia, sangat dipengaruhi oleh keberhasilannya mendapatkan pengetahuan tentang ketuhanan yang benar. Sebab, hanya hal itulah yang benar-benar dapat memastikan bahwa seorang manusia itu akan mendapatkan kemuliaan setelah kematian datang.
Mengapa hanya pengetahuan tentang ketuhanan yang benar, yang bisa memastikan seorang manusia mendapat kemuliaan di akhirat?
Hal ini dikarenakan, ketika kematian datang, maka seorang manusia secara hakikat akan kembali kepada Yang Mahakuasa dan menyatu dengan-Nya, sehingga tiada bedalah antara diri manusia yang sesungguhnya itu, yang telah memasuki Samudera Ketuhanan Yang Mahaluas dan hanya anak kunci yang tepatlah yang dapat membuka sebuah pintu kebenaran yang hanya dapat dilalui oleh satu jalan dan hanya dapat dihantarkan pula oleh seorang manusia yang benar-benar telah mendapatkan petunjuk dan kemampuan Yang Hak mengenai ketuhanan itu.
Langkah-langkah Kebenaran akan membawamu di atas jalan kebenaran yang akan menuntunmu mencapai pintu kebenaran, yang hanya bisa dibuka oleh satu anak kunci kebenaran pula. Satu kunci kebenaran yang tidak dimiliki oleh manusia-manusia pada umumnya, apalagi yang kemampuannya dinilai oleh dirinya sendiri maupun oleh manusia awam lainnya. Jangankan memiliki anak kunci kebenaran, mengetahui langkah benar seperti apakah yang akan membawa ke jalan kebenaran itu saja, mereka tidak memiliki pengetahuan sedikit pun.
Mereka pada umumnya merasa telah melangkah di atas suatu jalan dan akan dihadapkan pula oleh sebuah pintu dan mereka merasa telah memegang kunci untuk membuka pintu itu. Begitu banyak jalan-jalan yang ada, begitu banyak pula pintu-pintu yang akan dihadapi oleh manusia-manusia yang dapat mengecoh dan justru semakin menjauhkan manusia itu pada pintu kebenaran yang sesungguhnya. Karena tidak mengetahui jalan dan pintu kebenaran manakah yang sesungguhnya harus mereka capai, maka dapat dipastikan pula, bahwa kunci yang telah mereka pegang saat ini, merupakan sebuah kunci yang akan menghantarkan mereka kepada sebuah pintu yang bukan merupakan sebuah pintu kebenaran dan tidak akan pernah menghantarkan manusia itu untuk mencapai kemuliaan di akhirat, yang berada setelah pintu itu terbuka.
Bisa jadi, manusia-manusia itu membawa kunci-kunci yang sesuai untuk membuka pintu yang tengah mereka tuju selama ini. Dan, bisa pula kunci itu dipergunakan untuk membuka pintu yang tengah mereka tuju saat ini, tetapi tidak diketahui, pintu apakah sesungguhnya yang menjadi tujuan mereka. Apakah pintu yang tidak berisi apa pun di dalamnya, atau justru pintu, pintu-pintu yang akan menghantarkan mereka kepada tempat yang membawa mereka kepada penderitaan dan kesengsaraan di akhirat nanti.
Ingatlah!!! Bahwa hanya terdapat satu pintu kebenaran yang benar-benar dapat menghantarkan manusia memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan dunia - akhirat, yang berarti, hanya ada satu kunci kebenaran yang dapat membukanya!
Pandai-pandailah memilah terhadap segala sesuatu yang tampak di depan mata, karena apa pun yang manusia itu pilih sebagai sebuah keputusan, maka hal itu akan menyangkut dalam kehidupan panjangnya di alam keabadian setelah kematian ataukah alam lainnya yang berisi penderitaan untuk waktu yang lama, atau bahkan selamanya. Artinya, bahwa diri manusia itu sendirilah yang akan merasakan akibat apa pun dari keputusan yang telah dipilihnya. Oleh karena itu, tidak ada satu manusia pun yang dapat membantu setelah pilihan itu dijalaninya.
Ingatlah wahai manusia! Jangan biarkan dirimu tertipu dan terpengaruh oleh ucapan manis belaka atau kepalsuan yang tertutupi oleh berbagai hal, dan jangan biarkan orang lain mempengaruhi kehidupanmu, apalagi membiarkannya menyeret dirimu ke dalam alam penderitaan yang abadi.
Semua keputusan ada di tangan setiap manusia, karena pribadi manusia masing-masinglah yang akan menjalaninya. Kebahagiaan atau penderitaan, kemuliaan atau kehinaan yang akan di dapat, diri manusia sendiri itulah yang membuat keputusan untuk nasibnya sendiri.
Selalulah mendekatkan diri yang benar kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan berharap dengan tekad dan kepasrahan, dimasukan ke dalam barisan manusia yang akan menuju pintu kebenaran yang sebenar-benarnya.
Apabila setelah peringatan dan pemahaman ini datang kepada setiap manusia, tetapi manusia itu mengabaikannya, maka itulah bagian yang harus diterimanya dan bersiaplah menikmati penderitaan panjang tanpa batas waktu.
Dan, apabila seorang manusia tersadar dari kesalahan dan kekeliruan jalan yang telah ditempuhnya, serta segera berbalik arah mencari jalan kebenaran, dengan berharap menemukan seorang manusia yang tepat dengan segala kesungguhan dan kerja kerasnya, maka yakin dan bersiaplah menikmati pula kebahagiaan dan kemuliaan di dalam Alam Cahaya Yang Abadi.

 

 *( Hari Sabtu, Tanggal 6 Agustus 2005. Jam 03.00 Membaca Lembaran-lembaran Bercahaya di Alam Cahaya Tertinggi. Wassalam ).

Bila seorang manusia telah memiliki pemahaman yang mendalam mengenai pengetahuan bertuhan, serta memiliki tekad, keyakinan dan kesungguhan dalam mendapatkannya, maka dirinya berhak mendapatkan bimbingan dari seorang manusia yang telah ditunjuk oleh Yang Mahakuasa. Seorang manusia itulah yang akan membimbingnya hingga mencapai tahap, dimana pengetahuan bertuhan itu menjadi nyata adanya.
Seorang manusia yang akan membimbing manusia-manusia yang berhak mendapatkan, hingga menghantarkannya mengalami peristiwa bertuhan yang sesungguhnya, dengan meleburkan semua hijab dan dinding yang ada, yang selama ini membatasi antara manusia itu dengan Yang Mahakuasa.

 

Bersambung ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun