Mohon tunggu...
DEASY IRAWATI
DEASY IRAWATI Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan UNESA

gemar mengikuti perkembangan terkini seputar pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SEP dan SDG's dalam penerapan kurikulum Kewirausahaan

4 Januari 2025   15:42 Diperbarui: 4 Januari 2025   15:42 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sufficiency Economy Philosophy for Sustainability (SEAMEO SEPS) dan SDG's dalam Penerapan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan

Pendahuluan

Pendidikan merupakan pilar penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Salah satu pendekatan inovatif dalam pendidikan adalah Filosofi Ekonomi Cukup (Sufficiency Economy Philosophy/SEP), yang dikembangkan oleh Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand. SEP berfokus pada prinsip moderasi, kehati-hatian, dan kemandirian, yang dikombinasikan dengan nilai moralitas dan pengetahuan untuk menciptakan masyarakat yang berdaya tahan dan berkelanjutan.

Organisasi Menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO) melalui program Sufficiency Economy Philosophy for Sustainability (SEAMEO SEPS), telah mengintegrasikan SEP ke dalam kurikulum pendidikan kewirausahaan. Pendekatan ini bertujuan untuk mendukung SDG's, terutama pada poin-poin seperti pendidikan berkualitas (SDG 4), pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (SDG 8), dan konsumsi serta produksi yang bertanggung jawab (SDG 12).

SEP dan SDG's: Kerangka Kerja Pendidikan Kewirausahaan

1. Moderasi untuk Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (SDG 12)
Menurut Cordova (2019), SEP mendorong pendekatan moderasi dalam kurikulum kewirausahaan melalui pengelolaan sumber daya secara efisien. Siswa diajarkan untuk menciptakan produk ramah lingkungan dan berfokus pada keberlanjutan lokal, sehingga membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

2. Pendidikan Berkualitas untuk Keberlanjutan (SDG 4)
Rukspollmuang (2022) menekankan bahwa living learning labs di Thailand memungkinkan siswa mempelajari konsep keberlanjutan secara langsung. Program ini melibatkan kegiatan berbasis proyek yang mengintegrasikan SEP ke dalam solusi inovatif bagi tantangan masyarakat.

3. Kewirausahaan untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif (SDG 8)
DeJaeghere (2013) mencatat bahwa SEP mempersiapkan siswa untuk menjadi wirausahawan yang tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial. Hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan pemberdayaan masyarakat.

Penerapan SEP dalam Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan

  1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
    Chularee et al. (2005) menunjukkan bagaimana perguruan tinggi di Thailand menggunakan SEP untuk mengajarkan siswa mengembangkan proyek kewirausahaan yang mendukung komunitas lokal.

  2. Inovasi Berkelanjutan
    Taatila (2010) menekankan pentingnya pragmatisme dalam pendidikan kewirausahaan. Dengan memanfaatkan SEP, siswa diajarkan untuk menciptakan inovasi yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga ramah lingkungan.

  3. Pengelolaan Risiko dan Dampak Sosial
    Pacharadit dan Patphol (2022) membahas penerapan SEP dalam membangun kesadaran siswa akan dampak sosial dan lingkungan dari setiap keputusan kewirausahaan.

  4. Integrasi Nilai Moral dan Etika dalam Bisnis
    Menurut Avery (2020), SEP mengajarkan siswa pentingnya moralitas dalam pengambilan keputusan bisnis, sehingga mendorong praktik bisnis yang adil dan transparan.

Studi Kasus: SEAMEO SEPS dan Keberhasilan Kurikulum SEP

1. Thailand's National Vocational Curriculum
Kurikulum vokasi nasional Thailand telah mengintegrasikan SEP sebagai kompetensi utama untuk menghasilkan siswa yang berdaya tahan. Chianchana dan Budhtranon (2021) mencatat bahwa SEP digunakan untuk menciptakan wirausahawan muda yang dapat menangani tantangan global.

2. Penggunaan Living Learning Labs
Sebagaimana dilaporkan oleh Rukspollmuang (2022), laboratorium pembelajaran ini menjadi salah satu metode efektif untuk mengintegrasikan SEP ke dalam kegiatan praktis seperti pengelolaan pertanian organik atau usaha sosial berbasis komunitas.

Manfaat Penerapan SEP untuk SDG's dalam Pendidikan Kewirausahaan

  • Pengurangan Ketimpangan Sosial: SEP membantu menciptakan kesempatan ekonomi yang lebih merata melalui pemberdayaan komunitas (Oyekan, 2016).
  • Peningkatan Ketangguhan Generasi Muda: Dengan pendidikan berbasis SEP, siswa lebih siap menghadapi perubahan ekonomi global (Avery, 2020).
  • Kontribusi terhadap Keberlanjutan Global: Kurikulum berbasis SEP mendukung implementasi SDG's di bidang pendidikan, ekonomi, dan lingkungan (Rukspollmuang, 2017).

Kesimpulan

Program SEAMEO SEPS memberikan contoh nyata bagaimana Filosofi Ekonomi Cukup (SEP) dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan kewirausahaan untuk mendukung SDG's. Dengan mengajarkan siswa nilai-nilai moderasi, kehati-hatian, dan kemandirian, SEP membantu menciptakan wirausahawan muda yang inovatif, etis, dan berorientasi pada keberlanjutan. Pendekatan ini tidak hanya mendukung pembangunan ekonomi, tetapi juga menciptakan dampak sosial dan lingkungan yang positif.

Daftar Pustaka

  1. Cordova, J. (2019). Curriculum Comparison of Philippines' K-12 and Thailand's Basic Education Core Curriculum of 2008. ResearchGate. 
  2. Chularee, S., Roongroung, K., & Chiaranai, C. (2005). The Analysis of the Application of Sufficiency Economy in Boromrajonani College of Nursing, Surin. Journal of Health Science. 
  3. Taatila, V. (2010). Pragmatism as a Philosophy of Education for Entrepreneurship. Theseus
  4. Rukspollmuang, C. (2022). Transforming Learning for Sufficiency Economy Philosophy and Sustainable Development. Asia Pacific Education Review. 
  5. Chianchana, C., & Budhtranon, W. (2021). A Conceptual Framework of Instructional Model for Creating Innovative Business Projects. Journal of Technical Education. 
  6. Pacharadit, S., & Patphol, M. (2022). A Study of Youth Agriculture Entrepreneurship Characteristics. Business and Economics Research Journal. 
  7. DeJaeghere, J. (2013). Education, Skills, and Citizenship: An Emergent Model for Entrepreneurship in Tanzania. Comparative Education. 
  8. Avery, G. C. (2020). Sufficiency Thinking: Thailand's Gift to an Unsustainable World. Google Books. link.
  9. Oyekan, S. O. (2016). Curriculum Reforms for Entrepreneurship Education and Quality Human Life. European Journal of Multidisciplinary Studies. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun