"Ok, abi kasih hape abi buat Faiz nih , tapi yang simpan hape boleh abi ya ?" tawarku sambil menunjukan ponsel warna hitam yang biasa dia pinjam.Â
"Nanti pakai hand phone nya boleh kalau abi pulang kerja, dan abi boleh bantuin Faiz carikan game yang keren-keren biar makin pintar, " lanjutku.
"Ya udah," katanya singkat.
Ini adalah kisah nyata sederhana, saya bukanlah ahli dibidang ini, mungkin caranya tidak tepat hanya mencoba ingin menyampaikan alternatif cara saya menolak membelikan ponsel untuk anak yang belum cukup usianya , mungkin pembaca punya pengalaman lain yang bisa dibagi.
Beberapa hal yang menjadi catatan saya sendiri :
1. Sebenarnya yang dibutuhkan anak itu apa ya ? jangan-jangan dia cuma ingin ngobrol, karena setahu saya anak usia itu tidak seperti usia remaja yang ingin gaya-gayaan.
2. Bagi saya, yang perlu dilakukan ketika anak bertemu masalah, bukan memberikannya jawaban, tapi mengajarinya menghadapi pressure dari teman sebayanya.
3. Kadang ada saatnya kita belum perlu menyampaikan konsep-konsep  sorgawi dan nerakawa yang masih absrak dalam pikirannya, sampaikan saja hal hal konkrit yang bisa dirasa dan mudah dibayangkannya.Â
4. Tidak perlu menghakiminya, permintaan anak-anak adalah hal yang wajar, karena dunianya masih dalam tatanan "keinginan' bukan 'kebutuhan', jadi kita bisa mdncoba menyeimbangkannya.
5. Buang jauh-jauh rasa bersalah jika anak merengek bahkan jika menangis, karena rasa sayang itu tidak harus dengan mewujudkan semua keinginannya..bisa jadi menuruti kemauannya justru  berakibat menjerumuskannya.
6. Mungkin kita perlu mengajarkan fakta kehidupan, bahwa meskipun kita sudah berbuat banyak hal baik, tidak berarti semua keinginan/cita-cita akan terwujud. Perbuatan baik tidak harus mendapat reward berupa barang bahkan bisa jadi kita tidak mendapat apapun pada akhirnya. Dan ini hal yang biasa terjadi di sekitar kehidupan kita.