Studi terhadap penerjemahan dan pelatihan penerjemah profesional tak diragukan lagi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ledakan hubungan antarbudaya / interkultural dan penyebaran pengetahuan ilmiah dan teknologi.Â
Kebutuhan akan sebuah pendekatan baru dalam proses belajar mengajar tentunya dirasakan pula dalam program pelatihan penerjemah (translator) maupun juru bahasa (interpreter) di seluruh penjuru dunia.Â
Bagaimana cara terbaik untuk mendidik penerjemah magang agar kecepatannya meningkat, dalam pengertian secara harfiah, membantu mereka mempelajari dan menerjemahkan secara cepat dan efektif? Bagaimanakah cara terbaik agar mereka mendapatkan pengetahuan linguistik dan budaya serta menguasai keterampilan pembelajaran dan penerjemahan yang akan mereka perlukan agar menjadi profesional yang efektif?
Asumsi pedagogis yang saat ini berlaku tentang program pelatihan penerjemah adalah (1) tidak ada hal yang dapat menggantikan pengalaman praktis untuk belajar cara menerjemah, maka seseorang harus menerjemah, menerjemah, dan menerjemah dan (2) tidak ada cara untuk mempercepat proses belajar tersebut tanpa terhindar dari kemungkinan rusaknya kemampuan siswa untuk mendeteksi adanya kesalahan dalam pekerjaannya sendiri.Â
Dalam dunia profesional, lebih cepat biasanya dianggap lebih baik. Penerjemah yang lebih cepat asalkan tetap menerjemah dengan akurat akan mendapatkan lebih banyak penghasilan.Â
Namun, dalam dunia pedagogi, menjadi lebih cepat biasanya tidak dianggap lebih baik. Dalam dunia pedagogi, pembelajar yang lebih cepat selalu dianggap bersikap ceroboh, kurang hati-hati, atau karbitan.
Maksud tulisan ini menawarkan metode berdasarkan pada penerimaan asumsi (1) dan sekaligus menolak asumsi (2). Pengalaman praktis memang tak tergantikan, dan program pelatihan penerjemah harus tetap memberikan pengalaman praktis sebanyak mungkin kepada pesertanya.Â
Namun, ada cara-cara yang dapat mempercepat proses ini tanpa mendorong kita melakoni kebiasaan kerja yang buruk.
Dari pedagogi yang menempatkan penekanan utama pada analisis sadar, terjadi pergantian metodologi menjadi pedagogi yang menyeimbangkan analisis sadar dengan penemuan dan penerimaan bawah sadar.Â
Semakin sadar, analitis, rasional, logis, dan sistematis penyajian suatu materi kepada mahasiswa dengan harapan akan semakin sadar dan analitis mereka dalam memproses materi yang disajikan, semakin lambat pula proses penerimaan materi tersebut.