Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), sebagai sebuah organisasi yang jadi wadah petani tembakau seluruh Indonesia, telah sekuat tenaga mencegah disahkannya RPP itu jadi PP. Sebab, RPP itu adalah lonceng kehancuran bagi industri kretek dan malaikat maut bagi petani tembakau.
Tak akan membiarkan Negara membunuh rakyatnya sendiri (24 juta jiwa yang bergantung pada industri hasil tembakau), APTI dan segenap stakeholders yang peduli dengan nasib petani tembakau akan melakukan upaya-upaya legal formal untuk mencegah disahkannya RPP itu.
Namun apa yang dilakukan itu tak akan cukup. Upaya mendeskreditkan tembakau dan kretek telah merembes jauh ke bawah. Di tingkat pusat, pengesahan RPP Tembakau memang tersendat-sendat. Namun, di bawah, persepsi buruk tentang tembakau sudah kadung berkembang.
Pemerintah-pemerintah daerah, dengan alasan yang sembarangan dan pertimbangan-pertimbangan yang parsial, ikut menggebu dan dan kadang-kadang membabi buta mengeluarkan perda-perda anti tembakau.Ya, mungkin mereka ingin dianggap sekelas Michael Bloomberg, Walikota New York, AS, yang menjadi donator di lembaga-lembaga di Indonesia agar melaknat kretek dan tembakau.
Pun begitu, LSM-LSM, lembaga-lembaga kajian, institusi-institusi pendidikan, melalui iklan dan akses yang tak terbatas terhadap media massa, menggempur opini publik untuk menempatkan tembakau dan industri ikutannya berada dalam posisi pesakitan.
Alhasil, anjuran-anjuran yang mendeskreditkan tembakau pun serempak bermunculan. Sugesti bahwa rokok dengan kadar tar dan nikotin rendah lebih sehat dan lebih keren mendominasi media penyiaran kita.
Kampanye kota dan desa bebas rokok dicanangkan di mana-mana, bujukan dan rayuan –sering dengan iming-iming kredit dan bantuan—agar petani tembakau beralih ke komoditas lain pun tak henti-henti dilancarkan. Ini jelas menjadi ancaman paling riil bagi petani tembakau di tingkat paling bawah. Untuk menghadapi itu, Laskar Kretek didirikan.
Laskar Kretek sebagai Bentuk Perlawanan
Kata “laskar” identik dengan sejarah perjuangan bangsa ini. Pada masa Perang Kemerdekaan, istilah “laskar” dilekatkan pada kelompok-kelompok yang berada di garda terdepan perlawanan rakyat Indonesia pada usaha kaum imperialis yang berniat menguasai kembali negeri tercinta kita.
Laskar bambu runcing, misalnya. Maka, jika kaum imperialis ingin menjejakkan kembali kaki-kaki kotornya, yang harus mereka langkahi pertama kali adalah mayat para angota laskar.
Tentu tak seberat tugas yang mesti dipikul para anggota laskar pada masa Perang Kemerdekaan. Namun, Laskar Kretek, sebagai wadah para pemuda petani tembakau, dengan kesadaran penuh mengambil semangat perlawanan para pejuang kemerdekaan dalam perjuangan melawan penjajahan jenis baru, imperialisme dengan gaya yang berbeda.