MBT Malaysia PT91M dapat dikatakan bukan tandingan Leopard 2A4, apalagi Leopard 2RI. Artileri 155mm Malaysia pun belum dikembangkan. Malaysia hanya mengandalkan 36 ASTROS II Mk5 yang sudah dimiliki sejak lama dan rencananya ditambahkan 18 ASTROS II Mk6 baru.
Malaysia memiliki 20 peluncur ATGM Metis-M yang moderen namun kelasnya masih dibawah Javelin (Indonesia) dan Spike (Singapura).
Kamboja tertinggal jauh dari Indonesia karena sama sekali tidak mengadakan penambahan alutsista. Kemungkinan besar konsentrasi Kamboja saat ini adalah pengadaan sishanud yang baru menggantikan 233 Strela yang dimusnahkan oleh Hun Sen karena khawatir digunakan oleh teroris.
Filipina terdengar merencanakan implementasi sishanud baru Spyder ADS, bagian dari Iron Dome Israel. Hal ini kemungkinan besar terkait dengan potensi konflik di laut China Selatan dimana Filipina berhadapan dengan kekuatan militer PRC yang tengah bertumbuh menjadi kekuatan laut biru (blue water navy) dengan sejumlah carrier-nya yang baru.
Kelemahan alutsista darat TNI utamanya pada tidak adanya sishanud terintegrasi, serta tidak adanya sishanud jarak menengah dan jarak jauh.
Sebaga contoh, sishanud moderen seperti Iron Dome mengintegrasikan antara sishanud darat (point defense dan mobile defense), laut (hanud kapal), dan udara (AEW), dan mengkoordinasikan aset tempur anti pesawat, anti UAV, anti rudal balistik, anti rudal anti kapal, bahkan anti artileri/roket jarak dekat.
Ada 4 alutsista sishanud penting yang perlu dipenuhi oleh TNI.
1. Integrasi radar, pusat radar/kendali udara sipil terpadu.
2. Integrasi radar militer, pusat pertahanan udara terpadu nasional, yang memadukan antara radar darat, laut, dan udara.
3. Pertahanan udara kota besar, jarak dekat, menengah, dan jauh.