Bersamaan dengan Tim Anti Teror mencapai kapal dan memulai operasi, Para Komando dengan kendaraan lapis baja BMD-4M diterjunkan di pantai dengan tujuan menetralisir pembajak di pantai, dan menghalangi kedatangan bala bantuan gerombolan pembajak. Satu Kompi Para di Utara, dan 1 Kompi Para di Selatan, bergerak mengamankan pantai.
Tim Kopassus yang terdiri atas tim sniper dan tim ATGM (peluru kendali anti tank) menempati posisi di perbukitan sekitar pantai, guna mengantisipasi kedatangan kendaraan taktis pembajak.Â
Sementara itu Tim Komando lapis kedua dengan Mi-26 diterjunkan dengan RHIB dan rapeling langsung ke atas kapal.
Ke-delapan kapal berhasil direbut. Dilakukan replenish laut dengan LPD dan Heli Mi-26 dan Be-200. Awak kapal digantikan sementara waktu oleh awak sementara, kemudian kapal-kapal tersebut berlayar ke FOB1 di Salalah, Oman.
Para sandera yang dibebaskan diterbangkan ke Jakarta, sebelum kemudian yang berkebangsaan asing pulang ke negara masing-masing dari Jakarta.
B.2. Operasi Pembebasan Sandera
Pada kasus MV Sinar Kudus, sempat terdapat berita bahwa sandera dibawa ke darat, yang menjadi satu dari berbagai alasan ketidak berdayaan.
Untuk menunjukkan profesionalitas TNI, perlu diskenariokan bahwa terdapat beberapa orang sandera yang ditahan di darat oleh para perompak. Untuk itu terpaksa dilakukan operasi pembebasan sandera di darat. Dalam operasi ini dilakukan pendaratan batalion marinir untuk membentuk basis operasi di pantai.
Begitu diketahui ada sandera yang dibawa ke darat, segera Komando TNI memerintahkan melaksanakan operasi pendaratan yang sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. Sementara operasi pembebasan sandera masih berlangsung, 2 LPD bergerak ke pantai menurunkan 20 BMP-3F dengan 500 Pasukan Marinir, bergabung dengan Pasukan Para Komando yang sudah menguasai pantai.
Disini tugas Pasukan Marinir memang bukan untuk merebut pantai, melainkan untuk melakukan operasi ke dalam daratan.