Mohon tunggu...
Pendi Susanto
Pendi Susanto Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Penulis Buku, Pegiat Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhijrah di Tahun Politik

17 Juli 2023   10:43 Diperbarui: 17 Juli 2023   10:48 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momentum hijrah ini sangat tepat dijadikan refleksi menjelang Pemilu 2024. Pesta demokrasi adalah anugerah besar bagi bangsa Indonesia, karena menjadi ajang memilih pemimpin bangsa. Sayangnya, di tengah persaingan, banyak yang menggunakan penipuan dan fitnah untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek. Bahkan berkali-kali isu SARA digunakan untuk memperkeruh suasana bangsa dan memecah belah persatuan dan kesatuan.

Untuk itulah, para pemimpin dan calon pemimpin bangsa ini harus merefleksikan kembali makna hijrah Nabi. Jangan sampai kepercayaan dan harapan rakyat disia-siakan, bisa jadi rakyat akan mencabut kembali kepercayaannya.

Keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad juga karena ia mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas, dimana Nabi Muhammad menerima bantuan tidak hanya dari umat Islam tetapi juga dari perwakilan agama lain. Bangsa ini masih dirundung berbagai masalah, sehingga setiap orang harus berhijrah ke Madinah, menuju bangsa modern yang berdaya saing global dan berakhlak mulia.

Konsep masyarakat madani yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW merupakan bentuk masyarakat baru dengan pranata dan aturan main yang jelas, tidak hanya untuk kesejahteraan dan ketentraman internal masyarakat Islam, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Madinah. menjadi masyarakat yang bersatu, beradab, saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai di tengah-tengah masyarakat yang multinasional, rasial bahkan multiagama.

Pemahaman Nabi ini dirumuskan dalam bentuk piagam politik yang oleh para sejarawan disebut Konstitusi Madinah atau Piagam Madinah. Piagam tersebut mendefinisikan kebebasan beragama, hubungan antar kelompok, kewajiban untuk mempertahankan kebebasan hidup, dll. Berdasarkan piagam ini warga baik secara politik, agama, budaya dan sosial ekonomi yang beragam, Madinah yang biasanya rawan konflik, dapat bekerja dengan penuh kesadaran untuk membangun peradaban yang maju dan modern.

Akhirnya waktu hanyalah sebuah momentum. Momentum untuk memulai memberdayakan potensi manusiawi, momentum untuk memulai merealisasikan cita-cita dan misi hidup, dari apa yang telah kita perbuat di masa lalu dan menyiasati aksi untuk masa depan. Tak perlu kita menggelari tahun ini sebagai tahun keberuntungan, atau tahun lalu sebagai tahun kesialan. Keberuntungan dan kesialan bukan tahun atau waktu yang menentukannya, tetapi ikhtiar kita, usaha dan upaya kita sendiri. Rasulullah Saw bersabda : "janganlah kalian mencaci maki waktu, karena waktu adalah (milik) Allah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun