“Ke pantai Midodaren Pakde” Jawab saudara ku.
“Oh pantai Midodaren masih jauh di depan mas mba, kalau mau mari saya antar saja” responnya sambil menawarkan bantuan
Setelah berdiskusi saudara ku dan teman temannya memilih untuk pergi sendiri saja, lalu kami menolak dengan baik tawaran sang Pakde.
Kurang lebih setelah perjalanan selama 15 menit akhirnya kami sampai di kawasan Pantai Midodaren. Untuk mencapai bibir pantai, kami harus berjalan menuruni bukit. Namun keindahannya sudah dapat dinikmati dari atas bukit. Angin yang kencang membuat desiran ombak terasa menyeramkan bagi ku.
Kami sampai di kawasan pantai cukup petang, sehingga harus bergegas menikmati waktu yang singkat ini sebelum gelap tiba.
Saya sendiri senang sekali bermain di Pantai ini. Saya merasa pantai ini begitu indah, dari mulai karangnya yang membentuk sebuah bukit, pasirnya yang putih ditambah derasnya angin membuat kenikmatan pantai semakin terasa dekat.
Menikmati deburan ombak dan pasir putih di kaki adalah salah satu aktivitas yang saya sukai. Perlahan langit mulai berubah warna menjadi jingga, saya pun bergegas memotret banyak sekali keindahan pantai dari berbagai macam sisi. Tak lupa mengabadikan momen diri sendiri saat bermain di pantai.
Jogja memang lebih dari sekadar destinasi wisata. Kota ini adalah tempat di mana cerita, kenangan, dan mimpi saling bersinggungan. Dari Taman Siswa yang penuh semangat pelajar, keagungan Candi Prambanan yang memikat, hingga keindahan alami Pantai Midodaren yang menenangkan jiwa, setiap sudutnya mengajarkan saya untuk menikmati perjalanan, bukan hanya tujuan.
Liburan ini menjadi pelajaran bahwa kadang hidup membawa kita ke jalan yang berbeda dari impian awal. Meskipun Jogja bukan tempat saya menimba ilmu, kota ini tetap menjadi ruang untuk menemukan diri sendiri dan menikmati momen-momen kecil yang berarti. Perjalanan singkat ini mengingatkan saya untuk selalu bersyukur dan merangkul setiap pengalaman baru dengan hati terbuka. Jogja, sampai bertemu lagi!