Dinginnya malam menyelimuti tubuh, tak sadar kereta berhenti di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Kaki ini melangkah jauh sambil menggendong ransel dan mendorong koper kuning yang berisikan sejuta rasa penasaran. Sebuah cerita pendek dimulai dari sini, bukan sekedar ingin melihat indahnya Kota Istimewah, lebih dari itu perjalanan saya kali ini adalah sebuah misi untuk menemukan diri sendiri.
Malam itu saya memesan mobil online untuk mengantarkan saya ke tempat saudara yang kebetulan menetap di Jogja. Saya bermalam disini untuk beberapa hari selama liburan di Jogja.
Kota istimewah ini menjadi destinasi utama saya menghabiskan waktu liburan tengah semester kuliah. Bukan hanya sekedar keindahannya yang terkenal hingga mancanegara, Jogja saya pilih karena kota ini menyimpan sejuta harapan yang pernah saya tanamkan di masa akhir SMA. Akhirnya setelah belajar untuk mengikhlaskan, saya dapat berkunjung ke kota ini walau dengan waktu yang singkat.
Pagi itu, saya mengabari semua teman teman saya yang kuliah di Jogja. Sebuah pesan singkat yang berisikan informasi bahwa saya sedang ada di kota yang sama dengan mereka. “Guyss, gua lagi di Jogja nih, ya kali ga ketemu” isi pesannya. Tidak perlu menunggu waktu lama, pesan itu langsung mendapat balasan dari penerimanya. “Wihh seru, ayo main” ujar teman teman saya.
Taman Siswa
Malamnya, saya dijemput dan diajak ke suatu tempat yang menurut saya cukup unik. Taman siswa namanya. Tempat itu seperti sebuah cafe pada umumnya seperti di Jakarta, namun yang membedakan terlihat dari pengunjungnya. Itu adalah malam minggu, tapi hampir setiap meja terdapat laptop diatasnya. “Kok mereka pada bawa laptop ya?” tanya ku penasaran. “Biasa mahasiswa di Jogja memang begitu” sebuah informasi baru yang kudapati, ternyata pengunjungnya dipadati oleh para mahasiswa yang kuliah di Jogja.
Suasana itu membuatku menggelitik, seolah bernostalgia pada kenangan yang tak pernah saya lewati hahah. Pasalnya, berkuliah di Jogja adalah sebuah impian saya dari masa SMA, namun takdir berkehendak lain dan akhirnya Jakarta lah yang menjadi pelabuhan untuk menimbah ilmu di bangku kuliah. Melihat para mahasiswa yang seolah berambisi masih terus belajar dan berdiskusi di malam minggu membuatku takjub, suasana ini baru saya dapati di Jogja.
Pepohonan yang rindang masih terasa asri walau di malam hari. Sesuai dengan namanya “Taman Siswa”. Cafe itu berkonsep taman karena ada hamparan rumput yang luas dilengkapi dengan pepohonan, tak lupa para mahasiswa yang menjadi tokoh utamanya.
Bergeser sedikit ke depan, saya mendapati sebuah toko buku dengan quotes ala ala disana. Bak sebuah pelengkap ditengah ambisinya para mahasiswa belajar, tokoh buku itu ramai dikunjungi oleh pengunjung cafenya.
Malam itu, saya dan teman teman bertemu dan melepas rindu karena sudah lama sekali tidak bertemu. Mereka bercerita tentang kegiatannya selama berkuliah di Jogja. Saya mendengarkan dengan seksama dan penuh antusias. Bagi saya tak apa jika Jogja tidak menjadi tempat untuk saya menimbah ilmu, tapi Kota Pelajar ini tetap bisa saya nikmati dari sudut pandang seorang pelancong.