Mohon tunggu...
Sindyke Permata
Sindyke Permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Life is beutiful if you could enjoyed it!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nekat Melangkah, Mengukir Kenangan yang Tak Ternilai di Kampung Inggris Pare!

24 Januari 2024   02:12 Diperbarui: 25 Januari 2024   00:52 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: dokumen pribadi /pencatatsenja/)

Dengan rasa gembira dan penuh semangat, aku menyuarakan kepada semua orang yang ada di kelas itu bahwa hari itu adalah hari spesial bagiku. And I received many well-wishes and prayers.

Langit pare yang indah selalu menjadi favoritku. udara pagi yang dingin menyelimuti kulitku, namun semua perasaan itu berubah menjadi begitu menyenangkan jika memandang langit biru keunguannya Pare. 

suasana kampung inggris di waktu subuh (sumber: dokumen pribadi /pencatatsenja/)
suasana kampung inggris di waktu subuh (sumber: dokumen pribadi /pencatatsenja/)

Pagi itu, procamp kita diganti dengan bermain di lapangan. Aku begitu excited karena itu adalah kali pertama aku mengunjungi lapangan di Pare yang katanya begitu memorable. Kami diminta berbaris panjang dan berjalan seperti kereta bersama teman-teman camp ku. 

Ketika sampai, kita disambut dengan suara-suara kegembiraan dari berbagai orang disana yang sedang bermain. Lapangan itu, mengingatkan ku pada cerita kecil, dimana hamparan yang luas menjadi taman bermain bagi aku dan teman-teman. 

Disudut kanan ku, terlihat orang-orang sedang berlarian melakukan sebuah permainan masa kecil. Mundur kebelakang dari sudut bola mataku, aku melihat visualisasi dari lagu senam yang aku dengarkan. Di sebelah kiri ku, ada sekelompok orang yang sedang memainkan permainan sambil menutup mata. Suara riang gembira dari mereka sudah cukup menoreh senyum di wajahku pagi itu. Rasanya aku hanya ingin menonton mereka saja, dan menikmati suasana pagi itu.

Satu hal yang tidak aku sukai dari Pare adalah suhu nya yang belum bersahabat denganku. Ketika siang datang, aku rasanya ingin bersembunyi dari matahari. "Panas bangettt" begitulah hari-hari ku mengeluhkan siangnya Pare. 

es puter di siang hari (sumber: foto pribadi /pencatatsenja/)
es puter di siang hari (sumber: foto pribadi /pencatatsenja/)

Es puter adalah andalanku dikala siang hari menyapa. Cukup membayar 5.000 rupiah saja aku sudah mendapatkan satu gelas es puter segar dengan ukuran besar. "wow segini cuma 5000??" pikirku sembari membandingkan harga di Jakarta HEHEHE. 

Tidak hanya itu, semua makanan di Pare bagiku tergolong murah. Aku hanya menghabiskan uang 8.000 ribu untuk makan siang dengan nasi, udang dan sayur. 

Aku juga bisa makan sehat tanpa takut kantong jebol. Untuk menikmati salad buah dengan kemasan yang besar dan buah yang segar aku hanya perlu membayar 12.000 rupiah saja. Ini adalah hal yang paling aku suka dari Pare, harga makanannya yang murah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun