Terdapat juga Klenteng Kwan Im tempat umat Kong Hu Chu beribadah disini. Namun sayangnya saat saya datang, klentengnya tidak dibuka untuk umum sehingga saya hanya dapat menikmati keindahan di dalamnya dengan mengintip lewat jendela saja xixixi.Â
Katanya terdapat makam Tan Bun An dan Siti Fatimah (pelaku sejarah dari terbentuknya Pulo Kemaro) di dalam klenteng tersebut sehingga saya mencoba membesarkan bola mata untuk melihatnya dari balik jendela.Â
Dan yang benar saja, saya melihat makam tersebut dihiasi dengan bunga bunga di sekelilingnya, bau bunganya pun begitu harum hingga saya dapat menciumnya dari luar klenteng. Berjalan sedikit kedalam pulau, saya menemukan bangunan 9 lantai yang paling tinggi diantara bangunan bangunan lain di pulau itu.Â
Bangunan itu merupakan pagoda yang menjadi icon ketika berkunjung ke Pulo Kemaro. Tak mau melewatkan kesempatan saya pun berfoto di depan bangunan yang dihiasi dengan dua patung naga di depannya. Masuk kedalam pagoda saya melihat banyak relief yang menggambarkan kisah terbentuknya Pulo Kemaro.Â
Bangunan paling atas merupakan tempat beribadah masyarakat Tionghoa, namun lagi lagi saat saya datang tempat ini dikunci sehingga saya tidak dapat menikmati keindahan di dalam bangunan lantai atasnya.Â
Setelah berkeliling cukup lama di Pulo Kemaro saya pun duduk sebentar sambil menikmati es dogan dan pop mie di warung yang ada persis di depan Pagoda itu berdiri. Angin sepoi-sepoi menambah nikmat suasana saya di Pulau itu. Lalu saya pun memutuskan untuk pulang ke dermaga BKB.Â
Seperti sebelumnya saya kembali menggunakan ketek sebagai transportasi yang mengantarkan saya ke tujuan. Tidak jauh berbeda dengan pemandangan ketika saya berangkat, semua yang saya lewati menuju jalan pulang sama saja. Namun kondisi ketek ketika pulang cukup membuat saya senam jantung, lantaran ketek yang saya gunakan melawan arah angin sehingga sesekali saya merasa ketek saya terbang terbawah arus. Namun saya berusaha untuk tenang dan tetap menikmati perjalanan saya diatas ketek.Â
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II