Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gotong Royong Ciri Masyarakat Indonesia

1 Juni 2020   09:41 Diperbarui: 1 Juni 2020   10:02 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 1 Juni 2020 sebagai hari lahir pancasila dengan tema Pancasila dalam tindakan, melalui gotong royong menuju Indonesia maju. ragam ucapan selamat hari lahir pancasila yang bisa terbaca di portal tribunnews.com, disana ada 30 ucapan yang terlihat, salah satunya adalah Pancasila Dalam Tindakan Melalui Gotong Royong Menuju Indonesia Maju".  Mengamalkan Pancasila dalam keseharian sebagai pandangan hidup, kepribadian bangsa dan ideologi negara. Dasar untuk bermasyarakat, dengan memiliki sikap empati dan berjiwa sosial. 

Ada makna tersirat dari ucapan tersebut, pertama sebagai warga Indonesia kita jangan diam dirumah saja, tapi bagaimana pikiran dan tenaga serta ilmu kita di ejawantahkan dalam sebuah tindakan yang nyata, yaitu gotong royong. Gotong royong merupakan istilah Indonesia untuk bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan, Gotong-royong sebagai solidaritas sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, Wujud gotong royong antar masyarakat dalam bentuk aksi kepedulian dan solidaritas sosial.

Sebagai makhluk sosial yang tinggal di bumi Indonesia, apalagi di tengah krisis akibat pandemi covid-19, kepedulian sosial kepada sesama sangat dibutuhkan, selalu positif dalam bertindak, bersikap kenegarawanan, berkata jujur dan bijaksana, dan tetap berpegang teguh pada persatuan dan kesatauan tentunya dengan kemampuan yang kita miliki. 

Semoga 1 juni menjadi lem perekat bangsa yang menguatkan rasa solidaritas warga Indonesia untuk saling bersama-sama dalam bertekad mematuhi kedisiplinan melalui menjaga jarak, hindari kerumunan, dan gunakan masker, langkah ini harus menjadi kesetiakawanan sosial yang harus diikat dengan penuh semangat dan keihlasan.

Jiwa gotongroyong menjadikan optimisme yang kuat untuk melawan pandemi covid-19, tapi tetap waspada bila ada dilingkungan kita yang berani melawan konstitusi ataupun ingin merusak NKRI, maka harus dilawan. 

Pelajaran berharga dalam covid ini adalah tidak bisa hanya Pemerintah saja yang bergerak untuk melawan covid19, namun penanganan butuh upaya kolaboratif terutama keterlibatan pentahelix yaitu pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan lintas sektor yang lainnya. Dibutuhkan sebuah kepemimpinan yang responsif dan penuh empati untuk mendorong masyarakat agar punya empati untuk upaya pencegahan dan penanggulangan virus ini.

Ikatan persaudaraan adalah modal dasar menghadapi pandemi, karena keikhlasan, dan rasa saling membantu menjadikan bangsa ini kuat dan corona itu bukan aib, sehingga jangan ditolak saat ada pasien corona meninggal dunia, kemudian masyarakat menolaknya agar bisa dimakamkan di pemakanan umum, warga harus menerima dengan baik, karena itu adalah umat kita dan mereka warga negara Indonesia. Kita harus berjiwa besar dan rasa saling bergotong royong.

Saat kita melihat sampah berserakan, itu akan menyebabkan bibit penyakit di lingkungan kita, maka dengan sigap dan tanggap sampah harus segera dibuang pada tempatnya, dan memberikan edukasi kepada warga bahwa jangan sembarangan membuang sampah bukan pada tempatnya, karena menjadi sarang penyakit, termasuk saat ada warga tidak mempunyai jamban sehat dan dia tidak mampu, maka kesetiawanan kita harus bangkit, untuk mencari agniya yang mampu dan mau untuk peduli bersama. 

Saat tasyaruf amaliyahnya diberikan untuk upaya pencegahan dan kebersihan lingkungan maka semakin meningkatkan derajat kesehatan di daerah tersebut.

Ketika covid-19 masih pandemi, maka kita juga harus patuhi protokol kesehatan pemerintah, jangan ngeyel terhadap aturan yang ditentukan oleh negara, semakin anda patuh dengan aturan yang ada, maka semakin cepat virus ini akan berhenti dan masuk kehidupan normal seperti biasanya, tidak ada protokol yang begitu ketat. Namun sebaliknya saat kita tidak mengindahkan aturan, hidup sendiri-sendiri, perasaan egosektoral tinggi, dan cuek terhadap segala pernak pernik kebijakan, maka dampaknya virus akan tetap berkembang dan akhirnya mengalami keterpurukan dalam semua sendi kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun