Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penjelasan Hasud, Riya, Ujub, Takabur dalam Kitab Bidayatul Hidayah

18 Mei 2020   17:12 Diperbarui: 18 Mei 2020   18:31 35953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, Riya dalam beragama dengan badan seperti badan ceking, agar dikatakan orang banyak puasa atau sedikit makan, atau badan terlihat kuning loyo agar terlihat oleh orang bahwa ia banyak begadang ibadah di malam hari, atau badan semrawut agar kelihatan ia banyak susah memikirkan dalam agama.

Kedua, Riya dalam tingkah laku dan pakaian seperti menundukkan kepala saat berjalan, lamban dalam bergerak, menampakkan bekas sujud, memakai pakaian yang tambalan, memakai pakaian yang kotor.

Ketiga, Riya dengan ucapan seperti bekata dengan kata-kata hikmah, banyak dzikir di hadapan manusia, amar am'ruf nahi mungkar dihadapan manusia, menampakkan kemarahan terhadap kemungkaran di hadapan manusia, dan menampakkan kegelisahan terhadap orang-orang yang maksiat, menampakkan suara lemah saat bicara, membaca al-quran dengan suara merintih di hadapan orang agar terlihat takut kepada Allah, dan sedih.

Keempat, Riya dengan Perbuatan seperti ketika sholat lama dalam berdiri, ruku dan sujud, tidak menoleh dan menampakkan kelihatannya tenang, menyempurnakan kedua kaki dan kedua tangan juga dalam puasa, haji, sedekah dan memberi makanan.

Kelima, Riya terhadap teman-teman, para pengunjung, teman kumpulan seperti mengunjungi orang alaim, ahli ibadah atau penguasa atau raja dan sebawahnya atau pekerja sultan agar dikatakan ia mengambil berkah dari mereka sebab ia mempunyai derajat tinggi dalam agama, dan banyak menuturkan para syekh agar dianggap bahwa ia banyak bertemu para syekh dan mengambil ilmu dari mereka dan membanggakan syekh-syekh itu.

Terkait Ujub, sombong dan merasa benar.

Ujub, sombong, dan merasa dirinya besar itu adalah penyakit yang sulit, yaitu melihat dirinya itu besar dan agung sedangkan melihat orang lain dengan mata rendah dan hina, dan bentuk buahnya adalah mengatakan sayalah...sayalah sebagaimana yang diucapkan iblis saya lebih baik daripada Adam, aku diciptakan dari api sedangkan ia dari tanah.

Walaupun dihati merasa mumpuni dan orang lain hina, itu sudah masuk kategori ujub, sehingga enggan untuk duduk dengan orang miskin, merasa dirinya kaya, lalu saat orang miskin ini dihajikan, kemudian merasa jadi orang hebat atau berpengaruh lalu dengan semena-mena memarahinya.

Orang sombong adalah orang yang jika di nasehati menolaknya, jika menasehati maka bicara dengan keras dan jika ada yang tidak sesuai dengannya maka marah, jika mengajarkan ilmu maka tidak kasih sayang terhadap muridnya merendahkannya membentak-bentaknya melihat kepada orang umum seperti melihat keledai yaitu menganggapnya bodoh dan hina.

Dalam diskusi, jika pendapat seseorang tidak diterima maka itu berarti orangnya punya sifat ujub, biasanya kyai dan santri maka pendapat kyai dianggap segalanya benar, santri tinggal melaksanakan, ini bagian dari ujub, meatinya rembugan dan dikasih alternatif lalu di musyawarahkan secara mufakat. Termasuk dalam Bahtsul Masail terkadang juga bisa terjadi, merasa pinter terus pendapatnya tidak di rewes, lalu sewot, ini bisa merusak amaliyahnya. 

Takabur 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun