Semua toko ritel dan sembako di beberapa Kab/Kota mulai menambah stok produk sirup dan biskuit untuk lebaran, mereka tetap percaya diri, apapun kondisi pandemi mereka menyediakan pasokan produk tersebut, karena adat orang jawa pada umumnya, saat silaturokhim kepada keluarganya apalagi sudah berkeluarga, dipastikan membawa sirup, biskuit, gula teh dan paket lainnya, tentunya disesuaikan dengan kemampuan financial keluarganya, semakin mapan ekonominya, maka semakin banyak ragam yang dibawa dan diberikan kepada saudaranya.Â
Biasanya saat 15 ramadhan, stok yang sudah tersedia di ritel atau di grosir toko sembako itu mulai diserbu, membikin stok semakin habis terjual, khawatir kalap barangkali tidak dapat biskuit dan sirup yang ada, dan nanti harganya semakin bertambah, maka mereka beli dulu, dan disimpan sampai jelang lebaran atau pas lebaran disaat mau nyadran atau minta maaf lahir batin dirumah sanak familinya. Rasanya hampa jika tidak membawa barang bawaan, dan inilah yang menjadikan bisnis sirup dan biskuit mendapatkan keuntungan bertambah saat jelang ramadhan, sangat jauh omset yang didapat antara saat puasa ramadhan dan diluar ramadhan.Â
Pandemi corona, bisa memungkinkan terjadi penurunan akan pembelian produk ini, karena edaran pemerintah untuk tidak mudik, dirumah saja lebih baik karena untuk  mencegah penyebaran virus corona dan khawatir juga kena virus dari orang lain. Bahkan diminta untuk memakai masker saat belanja di pasar, atau saat keluar dari rumah.Â
Biasanya juga ada beberapa warga yang kreatif, memanfaatkan momen ramadhan dengan membuat roti nastar, atau aneka roti yang sudah dikemas sedemikian cantik dan menariknya dan bisa dijadikan produk bersama dengan biskuit, misalnya beli produk sirup dan biskuit di ritel atau grosir sembako, karena dirasa kurang isinya, maka pesan lagi kepada home industri atau warga yang memiliki ketrampilan nastar sebagai tambahan, dan membeli gula putih sekarung atau lebih sesuai dengan kebutuhan, lalu di packing ke dalam plastik 1 kg.Â
Semakin banyak keluarganya, tentunya semakin banyak barang yang dibawa untuk pengikat silaturokhim, jika keluarga dari suami misalnya keluarga besar dan masih hidup semua maka dihitung berapa banyak barang bawaan yang dibawa, tentunya dengan membawa kendaraan pribadi saat pas, tapi jika tidak punya kendaraan pribadi ya alamatnya pakai motor, ayahnya pakai motor dengan bawa barang bawaan, dan istrinya bawa anak dengan dibonceng, bayangkan jika anaknya 4 misalnya, bagaimana mengaturnya, tentunya akan berpikir cepat, antara sewa mobil sehari dan harus diselesaikan atau bisa saja dengan beli mobil bekas dengan harga yang pas sesuai isi tabungan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H