Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banyak Pohon Besar, Bukti Kota Ramah Lingkungan

14 Mei 2019   11:51 Diperbarui: 14 Mei 2019   11:53 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat aku ke lokasi bersama pemdes parereja Kecamatan Banjarharjo saat berkunjung ke lokasi pengelolaan sampah TP3ST Bogor bersama mas budi rahardjo  ini betapa sejuknya hawa sekelilingnya, saat hujan pun, airnya langsung meresap dan air hujan tidak langsung jatuh ke tanah,tapi menetes sedikit demi sedikit karena terhalang daun, dan suara burung pun tampak sekali di hutan cifor ini. 

Mengutip di nu online, Menggalakkan gerakan tanam pohon ialah salah satu solusi yang paling efektif. Terlebih lagi, kondisi hutan yang kian memprihatinkan dari tahun ke tahun. Gerakan tanam ini mestinya dimulai dari level bawah. Diawali dengan memberikan penyadaran kepada keluarga akan pentingnya menanam pohon.

Keuntungannya tidak hanya dirasakan di dunia. Di akhirat kelak pemilik pohon juga akan memanen hasil tanamannya. Setiap pohon yang ditanam dihitung sedekah oleh Allah SWT. Selama pohonnya masih ada, pahalanya senantiasa mengalir kepada penanamnya.

Menanam pohon ialah pekerjaan mulia dan sangat dianjurkan Nabi SAW. Ia termasuk amalan yang bermanfaat untuk kehidupan orang banyak (af'al al-muta'addiyah). 

Saking pentingnya amalan ini, Nabi SAW meyakinkan kepada umatnya bahwa orang yang menanam pohon tidak akan menderita kerugian sedikitpun kendati hasilnya dicuri orang lain ataupun dimakan burung. Sebab setiap buah yang dimakan binatang ataupun dicuri, dianggap sedekah oleh Allah

Saat membaca ada Praktik Pembalakan Liar di Lokasi Gajah Tewas, yang ditulis oleh IRMA TAMBUNAN 13 Mei 2019 07:43 WIB, dadaku terasa sesak dan kenapa dalam situasi negara seperti ini ada oknum yang melakukan Pembalakan liar didapati marak tak jauh dari lokasi gajah yang tewas di wilayah Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi. 

Maraknya pembalakan liar itu kian mempersempit ruang jelajah gajah dan memicu konflik satwa dan manusia. Aparat penegak hukum harus menghentikannya.

Bulan puasa harus dijadikan momentum penting agar tidak ada pembalakan liar, dosa besar bagi yang melakukannya. Apa mereka tidak sadar bila merusak alam sekitarnya maka bahaya akan mengancam seisi umat di alam dunia. 

Dari data FKGI, yang dikutip dari kompas.com ada populasi gajah di Tebo yang menyusut signifikan dalam 10 tahun terakhir. Populasinya semula sekitar 2.600 ekor, kini tersisa tak sampai 1.500 ekor. Kematian gajah terutama disebabkan perburuan dan konflik dengan manusia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun