Saat berada di Kota Bogor, terlihat disepanjang jalan kota dipenuhi dengan pohon besar dan dibiarkan lebat wajar saja jika suasana sejuk dan rindang nampak pada pandangan mata.Â
Bila pohon besarnya dirawat dengan baik menjadi paru-paru kota yang bikin penghuninya betah tinggal, termasuk aneka burung satwa pun akan berkicau di pagi hari, bunyi suara merdunya menggugah hati siapapun yang tinggal dikota tersebut.
Masyarakat dan Pemkotnya sangat merawatnya, wajar saja jika kota bogor setiap tahun mendapatkan penghargaan adipura, karena mampu merawat lingkungan kota dan kebersihan kotanya dengan baik.Â
Sampah dari ranting atau daun pohon setiap hari selalu ada, namun karena diniati dengan tulus ikhlas dan tidak sembarangan memotong pohon, sehingga sekitar kota bogor dipenuhi dengan pohon besar seperti albasia ataupun jenis pohon lainnya.Â
Dinas kebersihan dan pertamanan tak bosan-bosannya membersihkan lewat petugas kebersihan yang selalu stand by tiap hari dari pagi dan sore. Termasuk petugas sampah pun mengangkut sampah dari daun yang jatuh dan dari limbah sampah keluarga.Â
Bagi petugas PLN memang harus ekstra kerja keras karena dengan lebatnya pohon yang ada berpotensi kabel yang ada akan mengalami gangguan, terutama disaat ada daun atau ranting yang jatuh dan akhirnya keluar api.Â
Oleh karena itu bagi daerah dimana ditepi jalan ada tiang listrik PLN dan ada pohon yang berada di sekitarnya maka dipastikan tidak bakalan besar, tumbuh tinggi saja sudah harus di tebang, khawatir berbahaya bagi keselamatan manusia. Sepertinya belum ada harmonisasi terkait bagaimana pohon bisa tumbuh besar dan menjadi kawasan bagi burung dengan tenang untuk beranak pinak.Â
Disamping itu, bogor juga punya kawasan hutan lindung yang lestari, pembalakan liar sepertinya sudah tidak ada, wajar bila tempat konservasi hutan dan banyak peneliti kehutanan yang belajar di kota bogor ini. Namun sudah saatnya Pemerintah Bogor juga harus menata ulang pohon yang tua dan peremajaan pohon baru, karena sepanjang awal tahun 2019 hingga sekarang sudah ada potensi banyak pohon tumbang akibat curah hujan dan hujan lebat disertai angin.
Saat aku ke lokasi bersama pemdes parereja Kecamatan Banjarharjo saat berkunjung ke lokasi pengelolaan sampah TP3ST Bogor bersama mas budi rahardjo  ini betapa sejuknya hawa sekelilingnya, saat hujan pun, airnya langsung meresap dan air hujan tidak langsung jatuh ke tanah,tapi menetes sedikit demi sedikit karena terhalang daun, dan suara burung pun tampak sekali di hutan cifor ini.Â
Mengutip di nu online, Menggalakkan gerakan tanam pohon ialah salah satu solusi yang paling efektif. Terlebih lagi, kondisi hutan yang kian memprihatinkan dari tahun ke tahun. Gerakan tanam ini mestinya dimulai dari level bawah. Diawali dengan memberikan penyadaran kepada keluarga akan pentingnya menanam pohon.
Keuntungannya tidak hanya dirasakan di dunia. Di akhirat kelak pemilik pohon juga akan memanen hasil tanamannya. Setiap pohon yang ditanam dihitung sedekah oleh Allah SWT. Selama pohonnya masih ada, pahalanya senantiasa mengalir kepada penanamnya.
Menanam pohon ialah pekerjaan mulia dan sangat dianjurkan Nabi SAW. Ia termasuk amalan yang bermanfaat untuk kehidupan orang banyak (af'al al-muta'addiyah).Â
Saking pentingnya amalan ini, Nabi SAW meyakinkan kepada umatnya bahwa orang yang menanam pohon tidak akan menderita kerugian sedikitpun kendati hasilnya dicuri orang lain ataupun dimakan burung. Sebab setiap buah yang dimakan binatang ataupun dicuri, dianggap sedekah oleh Allah
Saat membaca ada Praktik Pembalakan Liar di Lokasi Gajah Tewas, yang ditulis oleh IRMA TAMBUNAN 13 Mei 2019 07:43 WIB, dadaku terasa sesak dan kenapa dalam situasi negara seperti ini ada oknum yang melakukan Pembalakan liar didapati marak tak jauh dari lokasi gajah yang tewas di wilayah Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi.Â
Maraknya pembalakan liar itu kian mempersempit ruang jelajah gajah dan memicu konflik satwa dan manusia. Aparat penegak hukum harus menghentikannya.
Bulan puasa harus dijadikan momentum penting agar tidak ada pembalakan liar, dosa besar bagi yang melakukannya. Apa mereka tidak sadar bila merusak alam sekitarnya maka bahaya akan mengancam seisi umat di alam dunia.Â
Dari data FKGI, yang dikutip dari kompas.com ada populasi gajah di Tebo yang menyusut signifikan dalam 10 tahun terakhir. Populasinya semula sekitar 2.600 ekor, kini tersisa tak sampai 1.500 ekor. Kematian gajah terutama disebabkan perburuan dan konflik dengan manusia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H