Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Enaknya "Double Job", Salahkah ?

19 April 2018   07:13 Diperbarui: 19 April 2018   09:07 1971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Embun pagi, Kebesaran sebenarnya dapat kita temukan dalam hal hal kecil yang terkadang kita lewatkan. Sebuah perjalanan ribuan mil dimulai dari langkah kecil. 

Selamat bekerja semoga tidak double job. Penulis doakan Semoga kita selalu dalam keadaan bersyukur, sehat dan bahagia Aamiin. 

Mutiara embun pagi ini adalah, seputar double job atau dikenal rangkap pekerjaan, sebuah dilematis yang memang diakui bagi sejumlah orang yang lainnya masih banyak yang menganggur, namun ada juga yang sehari bisa bekerja dibeberapa tempat, karena tuntutan dalam mempengaruhi kehidupan ini yang begitu banyak pengeluaran. 

Pendapatan dengan pengeluaran keluarga tidak sebanding dengan jumlah honor atau gaji atau tunjangan pekerjaan, sehinngga dengan ada sisa luang waktu, mereka memanfaatkan waktu dan kesempatan berkarya ditempat lain, namun selama hidupnya dia harus membagi waktu dan pikirannya untuk dua pekerjaan. 

Terkadang pekerjaan itu berbenturan waktunya, disatu sisi harus menyelesaikan pekerjaan utama di sisi lain ada pekerjaan yang tidak permanen namun hasilnya sangat mendukung rejeki anak sholeh. 

Double job bagi mereka yang mempunyai keahlian yang lebih, mungkin sangat dibutuhkan disemua aspek, mereka terkadang waktu 24 jam saja kurang, setiap hari tidak ada waktu kosong, karena semua orang membutuhkan ilmunya. 

Namun ada juga orang dengan pekerjaan sama, gaji juga sama setiap bulan, aturan pekerjaan atau di kontraknya juga sama, namun yang satu punya pendirian yang kuat, tidak berani double job karena mereka merasa berdosa, namun ada juga yang punya pilihan, double job boleh karena teman se profesinya pun tidak ada yang mempermasalahkan, sepanjang belum jadi temuan, baginya sah-sah saja, yang penting hak dan kewajiban terkait pekerjaan tetap di penuhi.

Bagi yang double job jelas ritme pekerjaan akan bertambah, karena dua pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan, mesti ada yang menjadi korban atas kinerja yang dilakukan, misalnya tingkat keseriusan dalam melakukan pekerjaan tersebut. 

Mungkin jika melakukan kontrak di program pemerintah mungkin tidak terlalu kentara, namun akan terlihat jelas double job jika di institusi swasta, sangat jarang mencari pekerjaan tambahan di institusi swasta dengan waktu dan jam yang sama, mereka akan mencari pekerjaan tambahan misalkan menjadi tenaga ahli bidang penelitian atau analisis data. 

Bila di lembaga swasta seperti misalnya Pekerjaan utama sebagai konsultan bidang A, dia bisa saja memperoleh pekerjaan tambahan di konsultan B, namun karena dia expect di analisis data atau finalisasi hasil data kajian maka baginya tidak merasakan itu adalah double job.

Kenapa demikian, karena membuat analisis data atau naskah finalisasi hasil penelitian bisa dilakukan saat pulang kerja, atau saat ada waktu luang, hanya saja waktu malam dijadikan oleh dirinya untuk pekerjaan tambahan, dan dampaknya hanya waktu istirahatnya jelas kurang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun