Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngaji Ihya Ulumuddin : Jangan Terlalu Loman dan Pelit, Bersifatlah 'Ibadurrahman

21 Maret 2018   18:20 Diperbarui: 21 Maret 2018   20:12 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kitab ihya ulumuddin/doc alif.id

Pengajian Ihya Ulumuddin Masjid Agung Brebes Jawa Tengah, Rabu (21/03/2018), Dibaca dan dijelaskan oleh KH. Subhan Makmun Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes.

Beberapa mutiara penyampaian, belum tentu orang ahli ibadah kondisinya saat mau meninggalnya dalam kondisi husnudzon, maka saat meninggalnya perlu dihadirkan orang-orang sholeh.

Dalam hidup jangan terlalu loman atau sama artinya dengan dermawan atau orang yang suka memberi kepada orang lain, dan jangan terlalu medit, pelit, kikir ataupun Bakhil tapi baiknya seperti sifat 'ibadurrahman adalah ketika mereka berinfak pada keluarga mereka tidak berlebihan dan tidak pelit. 

Mereka membelanjakan harta mereka di tengah-tengah keadaan berlebihan dan meremahkan. Intinya infak mereka bersifat pertengahan.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sifat 'ibadurrahman adalah mereka tidak mubadzir (boros) kala membelanjakan harta mereka, yaitu membelanjakannya di luar hajat (kebutuhan). 

Mereka tidak bersifat lalai sampai mengurangi dari kewajiban sehingga tidak mencukupi. Intinya mereka membelanjakan harta mereka dengan sifat adil dan penuh kebaikan. 

Sikap yang paling baik adalah sifat pertengahan, tidak terlalu boros dan tidak bersifat kikir.

Rujukan Puasa Rajab/Doc Pribadi
Rujukan Puasa Rajab/Doc Pribadi
Kyai subhan juga menjelaskan terkait masalah Puasa Rajab,  apakah bid'ah, ternyata dijawab bukan, dalam Kitab ' Al ghunyah ' lisyeh Abdul Qodir bin Abi Soleh Aljaelani. Juz awal halaman 328. 

Berkenaan dengan puasa rajab, dimana diterangkan Ahbarona Al Imam Asyaeh Hibatulloh Alsaqoti rahimahulloh. Biisnadihi dari Anas ibni Malik raw. Anhu berkata keadaan Rosulloh saw dikala masuknya bulan Rojab rosul berdoa Ya Alloh berilah keberkahan untuk kami di dalam Rojab dan Sya'ban dan sampaikanlah aku dalam Romadhon sebagaimana engkau sampaikan kepadaku bulan Rojab.

Telah mengkhabarkan juga asheh Hibatulloh assaqoti dengan sanad nya dari Maemun ibni Mahron dengan sanadnya dari Abi dzarrien raw dari Nabi SAW berkata, '' Barang siapa berpuasa di awal hari dari bulan Rojab maka bandingannya puas satu bulan dan barang siapa berpuasa tujuh hari maka akan terkunci darinya pintu jahannam yang tuju atau tuju pintu jahannam.

Barang siapa berpuasa delapan hari akan di buka delapan pintu Surga, barang siapa puasa dari Rojab 10 hari Alloh akan mengganti kejelekanya dg kebaikan dan barang siapa puasa 18 hari dari Rajab. Maka Malaikat memanggil manggil dari Langit kamu telah diampuni mu.

Kaum Wahabi itu dibagi dua, ada yang bagiannya mengkafir-kafirkan yang tidak se ide dan ada yg bagiannya membidah- bidahkan orang lain supaya umat islam pecah.

Kyai juga menerangkan kembali terkait, Khauf dan raja merupakan dua macam obat, yang dengan keduanya hati diobati. Keduanya adalah motivator yang dapat menggerakkan dan membimbing pada kebaikan dan ketaatan serta giat dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan, juga giat menjauhi larangan, meninggalkan kejahatan dan kemaksiatan.

Dalam Belajar seorang santri jangan cules atau kemalasan menghasilkan rasa malu, lemah, kecewa. Bagi manusia yang ditimbulkan sangat merugikan dirinya, contoh sudah tua kecewa kenapa tidak dari muda belajar, masa muda jangan disia-siakan, masa muda itu ibarat emas karena mempunyai kekuatan yang lebih, coba saat sudah tua, mau olahraga saja susah, takut nanti saat jalan pakai kursi roda baru merasakan kekecewaan dikemudian hari. Saat temannya berhasil, baru dia merasakan getun, kenapa tidak meniru jejak teman sekolahnya atau cara belajarnya saat menjadi santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun