Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jamu Gendong Keliling Semakin Langka

9 Maret 2018   10:00 Diperbarui: 9 Maret 2018   10:22 1656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamu Keliling/Doc harianjogya.com
Jamu Keliling/Doc harianjogya.com
Harga jamu gendong dengan jamu dikios relatif mahal dikios, karena dikios harus menyewa lahan dan juga membayar listik dan karyawan, maklum tidak bisa melayani jamu tradisional di kios sendirian, jika pelanggannya sangatlah banyak. 

Racikan pabrik sudah ada masa kadaluarsanya dan juga mereka tahu bagaimana memprediksi pembeli dengan kendala sakit yang dialaminya. Kalau pinggangnya sakit, maka tinggal ambil jamu pegel linu dari pabrik, dikasih madu, dikasih beras kencur atau air hangat, biasanya dikasih ginseng untuk penambah stamina bagi mereka yang agak lelah pada fisiknya. 

Pesaing penjual jamu tradisional baik itu yang jual di kios ataupun di gendong keliling kampung, adalah para medis yakni keberadaan dokter yang membuka apotek di segala penjuru, sehingga orang desa sekarang kecenderunganya jika sakit sebentar saja milih ke dokter, kemudian dikasih obat generik sesuai resep dokter, jika tidak sembuh, naikkan dosisnya atau dirujuk ke rumah sakit.  

Bila kesadaran masyarakat semakin tinggi untuk periksa ke dokter, maka semakin berpeluang kecil nasib para penjual jamu tradisional dan jamu gendong untuk sejahtera hidupnya. Walaupun rejeki sudah dibagi-bagi di muka bumi ini, namun dokter, bidan, dan perawat adalah pesaing mereka. 

Jamu Keliling Onthel
Jamu Keliling Onthel
Berpeluang juga dulu jamu gendong dengan jalan kaki, ke depan jamu bisa dijual dengan kendaraan sepeda motor atau sepeda onthel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun