Biasanya pas hari libur, kegiatan kita lebih banyak dimanfaatkan untuk refreshing keluarga, namun kali ini, penulis sedikit berbeda, mencoba mengeksplor warga Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah di Kampung Nanas Belik, sebuah kampung yang unik dan penuh pesona alam yang cukup menyejukan.Â
Sebanyak 15 Jurnalis Warga dilatih untuk bisa menulis reportase diwilayahnya sesuatu yang unik dan baru dan diminta dalam beberapa menit berikutnya diupload di media sosial, penulis nanti akan melihat seperti apa kualitas penulisan dan cara mereka mengekspolor beritanya dengan tulisan yang memenuhi unsur 5W+1H, sesuai dengan kode etik penulisan jurnalistik.Â
Mereka yang belajar disini memiliki latarbelakang dari berbagai pekerjaan, ada yang ibu rumah tangga, ada penyuluh agama, ada guru PAUD, ada Guru TK, ada Kader posyandu, ada penjahit baju dan lain-lain, sehingga sangat dinamis dan memerlukan energi yang cukup menyita waktu karena mereka belum pernah menulis hanya punya handphone berbasis android dan bisa berselancar di media sosial.Â
Hari ini adalah hari terakhir mereka dilatih, berbagai tahapan telah dilalui, penulis ingin melihat lebih jauh baik dari kemampuan mereka menulis, termasuk juga bagaimana mereka bisa mengupload dan mempublikasikan beritanya di media sosial. Selangkah lebih maju mestinya. Mereka sudah memiliki portal informasi yakni di www.suarawargabelik.com , group facebook : informasi publik kecamatan belik, dan twitternya adalah @suarawargabelik, berbagai karya tulisan sudah dipublikasi di media onlinenya, wajar jika visitornya mampu membangkitkan warganya untuk melihatnya, tembus visitor 17 ribu, keren kan.Â
Bahkan berbagai story of change (cerita perubahan) pun bertambah seiring perjalanan waktu dari 15 jurnalis yang dilatih ini mampu memberikan warna perubahan bagi desanya, karena mereka yang ikut jurnalis warga diberikan kepercayaan untuk masuk dalam tim salapan, dilibatkan dalam musyawarah desa bahkan masuk menjadi kontributor SID masing-masing desa. Bahkan Respon pihak Desa, Kecamatan dan Kabupaten pun menyambut baik atas hadirnya jurnalis warga ini yang bisa memberikan kontribusi bagi kemajuan desanya.Â
Ada 3 desa yang diintervensi selama satu tahun kemarin yakni Desa Sikasur, Desa Kuta dan Desa Bulakan Kecamatan Belik. Sekarang para jurnalis warga ini diharapkan bisa menyebarluaskan untuk kapasitas satu Kecamatan, agar manfaat dan kesinambungan jurnalis warga ini bisa bermanfaat untuk desa-desa di Kecamatan Belik.Â
Kecamatan Belik ini terkenal dengan Kecamatan Penghasil Nanas Madu  terbesar di Jawa Tengah, masih ada banyak daerah-daerah penghasil nanas di beberapa Provinsi di Indonesia baik itu dari Provinsi Lampung, Jawa Barat, SumateraUtara, Jawa Timur, dan Jambi. Lampung memberikan kontribusi terbesarterhadap produksi nenas Indonesia, yaitu sebesar 33,65% (Gambar 3.4), diikutioleh Jawa Barat (13,26%), Sumatera Utara (12,00%), Jawa Timur (8,21%), danJambi (7,33%), sedangkan provinsi-provinsi lainnya memberikan kontribusiterhadap produksi nanas Indonesia kurang dari 7% .
Desa terbesar di Kecamatan Belik untuk penghasil nanas adalah Desa Beluk Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang. Lahan pekarangan maupun sawahnya ditanam nanas, disamping struktur tanahnya cocok juga perawatannya tidaklah serumit merawat tanaman holtikultur lainnya. Namun sekarang setelah beluk berhasil, sudah mulai tumbuh subur di desa-desa Kecamatan Belik, seperti Desa Kuta, Gombong, Bulakan, termasuk sudah meluas di Kecamatan Watukumpul.Â
Buah nanas merupakan buah yang sudah sangat populer di negara-negara beriklim tropis khususnya Indonesia. Dalam perkembangannya buah yang sarat dengan kandungan bermanfaat seperti Vitamin A dan Vitamin C ini semakin beragam. Nanas madu Beliik  kini sedang digandrungi penikmat buah-buahan lantaran selain menyegarkan saat dikonsumsi, buah dengan mahkota di bagian atasnya ini memiliki rasa yang jauh lebih manis layaknya madu ketimbang varian nanas lain.
Varian nanas madu yang terbilang paling diminati konsumen saat ini adalah nanas madu asal Subang dan nanas madu asal Pemalang (Ananas Comosus) atau lebih familiar disebut si madu. Asal usul khusus nanas madu Pemalang mula-mula dari Bogor, pada dekade 50an nanas madu tersebut dibawa ke kota Pemalang untuk dibudidayakan. Hal itu diamini oleh Salid dan Yunus petani nanas madu asal kecamatan Belik Pemalang Jawa Tengah. Menurut kedua petani tersebut dari pelbagai literatur yang dibaca, nanas madu Pemalang berasal dari Bogor yang sejak dulu dibawa oleh leluhur mereka ke Pemalang.
Di daerah Pemalang nama nanas madu diberikan oleh para tengkulak Jakarta pasalnya rasa nanas tersebut sangat manis menyerupai madu. Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang yang berlokasi di kaki Gunung Selamet merupakan sentra penghasil nanas madu, sedangkan di daerah Subang Jawa Barat nanas madu banyak ditanam hampir di seluruh penjuru kabupaten dan nanas madu khusus di Subang lebih dikenal dengan julukan si madu.
Daerah jalan Cagak Subang merupakan sentra penjualan si madu tersebut. Nanas madu Pemalang berbeda dengan nanas madu asal Subang karena memiliki ciri fisik lebih mungil dengan ukuran paling besar dua kepalan tangan orang dewasa, memiliki rasa yang sangat manis tanpa diberi penguat rasa. Sedangkan nanas madu Subang terbilang lebih istimewa karena mampu tumbuh dengan ukuran lebih besar ketimbang nanas madu Pemalang.
Menurut Herbagijandono, mantan peneliti di Lab. Teknologi Pasca Panen, Balai Penelitian Hortikultura Lembang, nanas-nanas di Indonesia digolongkan dalam dua kelompok utama berdasarkan duri daun, yaitu berduri dan tidak berduri. Nanas yang daunnya tidak berduri termasuk varietas Cayenne. Sedangkan Queen dan Spanish mewakili kelompok nanas dengan daun berduri.
Queen dibagi dua lagi, yakni berdaun tipis dan tebal. Sedangkan nanas Spanish buahnya ada yang berbentuk kerucut dan ada yang silindris. Nanas madu masuk ke dalam golongan nanas Queen karena memiliki rasa yang manis, aromanya harum dan warna kulitnya menarik kuning cerah kemerahan. Meski ukuranya tergolong variatif namun jika dibudidayakan secara maksimal mampu tumbuh hingga bobot 2,5 kg untuk nanas madu Subang. bentuk buah cenderung memanjang dengan tekstur buah agak lunak sehingga nikmat untuk dikonsumsi. Nanas madu merupakan salah satu buah primadona untuk dihidangkan sebagai buah meja. Untuk varietas golongan Queen selain nanas madu Subang dan Pemalang juga terdapat pada nanas Palembang dan nanas Bogor.
Warna daun nanas madu hijau, bertekstur duri halus dengan tinggi maksimal mencapai 1,5 meter. Selain kaya Vitamin A buah nanas madu juga mengandung enzim bromelain yang mampu melunakkan daging, sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Enzim ini dapat menghancurkan atau mematahkan rangkaian protein yang utuh, Bromelain juga dikenal sebagai zat anti peradangan yang dapat mengatasi cedera otot, pembengkakan, dan nyeri otot akibat olahraga. Selain itu, enzim ini juga dapat memulihkan luka operasi (episiotomi) pasca-melahirkan. Karena dapat mengencerkan darah secara alami, bromelain dianggap dapat mencegah penggumpalan darah yang berlebihan.
Nanas madu Pemalang dari petani dijual kepada tengkulak grade super dengan berat 8 ons seharga Rp 4 ribu/buah, kelas A-B berbobot 4-7 ons Rp 3 ribu/buah dan yang terakhir kelas C seberat 4 ons ke bawah Rp 3 ribu/buah. Sedangkan harga nanas madu Subang hanya beda tipis meski dari segi ukuran terbilang lebih besar. Nanas madu Subang kelas super berbobot 2 kg-2,5 kg dihargai Rp 3.500/buah dan nanas madu super kelas 2 yang memiliki berat 1kg-1,5 kg Rp 3 ribu.
Meski nanas madu laris manis di supermarket dan pasar modern, mata rantai distribusi nanas madu tak lepas dai peran tengkulak sebelum akhirnya ke supermarket. Keuntungan di tingkat tengkulak dan supermarket tersebut biasanya sekitar Rp 30-50%. Jika nanas madu sudah sampai Jakarta maupun kota besar lain untuk dipasarkan secara langsung pada konsumen harga nanas madu bisa melambung tinggi, terlebih nanas madu golongan grade super dan kelas A-B yang masuk pasar swalayan, per buah bisa Rp 15 ribu, tentunya dengan kemasan yang dibuat lebih menarik. Harga tersebut masih bisa berubah tergantung masa panen.
Meski keuntungan di tingkat petani tidak sebesar yang dikantongi tengkulak, namun keuntungan petani tetap menggiurkan. Seperti yang dirasakan Yunus yang bisa untung Rp 10 juta/bulan dan Ucu yang dalam sebulan bisa mengantongi omset bersih hampir Rp 15 juta. Tak hanya buahnya saja yang mendulang untung, bibit nanas madu pun nyatanya mampu meraup untung menggiurkan, keuntungan malah bisa didapat lebih besar dalam penjualan bibit karena keuntungan bersih bisa lebih dari 60%.
Usaha nanas madu merupakan usaha agribisnis yang sangat menjanjikan dari segi ekonomi, sifat tanaman nanas madu yang bandel, minim risiko dan kebutuhan buah nanas madu yang sangat tinggi bisa dijadikan salah satu alasan mengapa harus memilih membudidayakan buah ini. Selain itu nanas madu juga bisa ditanam pada lahan yang terbatas dengan sistem tumpang sari dan yang paling menggiurkan dalam sekali panen risiko kegagalan buah sangat minim hanya kurang dari 5% dari seluruh area tanam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H