Mohon tunggu...
Rahmat Ars
Rahmat Ars Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Skenario Rapi Jokowi dalam Kasus Setya Novanto, Pertaruhan Kapasitas Jokowi vs Kepentingan KMP

28 November 2015   10:51 Diperbarui: 28 November 2015   12:54 2433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihatlah orang-orang di samping Jokowi meski namanya dicatut tidak marah malah membelah dan meredakan tensi yang muncul. Mereka pedagang, dekat namun tidak sependapat dengan Jokowi.

Jokowi kecewa dengan tindak tanduk mereka yang hampir dapat meredam kasus Pelindo II. Saat itu mereka berhasil menjegal Buwas dalam upaya mengusut kasus Pelindo II. Untungnya Jokowi berhasil bertahan dan kini hampir berbalik unggul.

Menteri pendukung Lino saat ini sudah masuk daftar antrian resufle kabinet. Sebaliknya orang yang biasa duduk disamping Jokowi walaupun tidak dapat didepak secara langsung namun popularitas dan pengaruhnya kian menyusut.

Selanjutnya kasus Setya Novanto sebenarnya tidak terjadi saat ini namun beberapa bulan yang lalu. Bahkan bukti rekaman yang dimaksud tidak direkam saat ini, melainkan sekitar semester yang lalu. Pertanyaannya mengapa baru saat ini dilempar ke publik? 

Bisa jadi jawabannya adalah momen pilkada serentak ingin dimanfaatkan Jokowi untuk menjatuhkan elektabilitas partai oposisi yang selama ini menentangnya. Celaka dan ruginya Fadli Zon dan Fahri Hamzah bertindak erlalu ceroboh dan masuk dalam irama permainan dari "sang pemimpin"

Beberapa hal tidak mungkin terjadi secara natural, misalnya mengapa percakapannya direkam. Jika dilihat dari isi rekamannya pihak perekam tidak sekalipun menyampaikan kalimat yang dapat berdampak hukum bagi dirinya sendiri. Artinya ia memang sengaja untuk merekam dan menjebak Setya Novanto.

Rizal Ramli sengaja dipilih Jokowi untuk menjadi katalisator bagi PDIP, JK, dan Luhut Panjaitan, bisa jadi keberadaan Rizal Ramli masih belum berdampak signifikan hingga bagi Jokowi perlu mengadakan "aksi" baru untuk mengurangi pengaruh orang-orang yang berseberangan dengan pemikirannya.

Apakah kasus Setya Novanto hasil kerja inteligen yang dikoordinasikan oleh Jokowi? Terlalu prematur dan minim bukti untuk membenarkannya, namun melihat perkembangan yang terjadi segala hal sepertinya memang telah direncanakan secara matang, dan orang yang paling diuntungkan dari kegaduhan ini adalah Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun