Mohon tunggu...
Rahmat Ars
Rahmat Ars Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media Membombardir, Setya Novanto Berkelit, Fadli Zon Membela

17 November 2015   19:12 Diperbarui: 17 November 2015   19:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik menyimak pernyataan Setya Novanto bahwa Presiden Jokowi maupun Wapres Jusuf Kalla merupakan simbol negara yang harus dihormati dan dilindungi, sehingga tidak mungkin dirinya mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden demi kepentingan bisnis.

"Kami tidak akan membawa nama-nama yang bersangkutan," kata Novanto.

Terkait kasus yang membelit koleganya di DPR, Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyatakan tidak yakin koleganya di parlemen melakukan lobi dengan mengatasnamakan persona yang menjadi simbol negara. "Menurut saya ini lebih banyak manuver politiknya. Sudirman Said kan lebih sering menguntungkan Freeport. Padahal undang-undang mengatakan tidak boleh ekspor jika belum ada smelter. Dia ini menurut saya yang banyak memberikan fasilitas untuk Freeport. Tentu ini bagian dari manuver," ujar Fadli Zon.

Setya Novanto terus berkelit dan membantah, tapi disaat bersamaan arus berita yang begitu masif, membuat pembelaan yang ia lakukan tidak berdampak apa-apa. Terlabih setelah beredarnya transkip percakapan yang ia lakukan di media masa.

Ocehan Fadli Zon pun tidak lebih dari sebuah ucapan suuzon seorang Zon terhadap Sudirman Said. Mana ada pencuri yang mau mengaku. Orang oon pun tau motiv dan kepentingan Fadli Zon terhadap Setya Novanto. 

Saat ini yang menjadi prioritas masyarakat adalah mengawal dan mendorong kejujuran dan transparansi MKD agar kasus Setya Novanto tidak menguap seperti kasus kunjungan Setya Novanto dan Fadli Zon ke Amerika Serikat di masa lalu.

Jangan biarkan negeri ini berada di bawah kendali rampok dan begal yang membuat rakyat makin menderita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun