Menarik menyimak pernyataan Setya Novanto bahwa Presiden Jokowi maupun Wapres Jusuf Kalla merupakan simbol negara yang harus dihormati dan dilindungi, sehingga tidak mungkin dirinya mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden demi kepentingan bisnis.
"Kami tidak akan membawa nama-nama yang bersangkutan," kata Novanto.
Terkait kasus yang membelit koleganya di DPR, Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyatakan tidak yakin koleganya di parlemen melakukan lobi dengan mengatasnamakan persona yang menjadi simbol negara. "Menurut saya ini lebih banyak manuver politiknya. Sudirman Said kan lebih sering menguntungkan Freeport. Padahal undang-undang mengatakan tidak boleh ekspor jika belum ada smelter. Dia ini menurut saya yang banyak memberikan fasilitas untuk Freeport. Tentu ini bagian dari manuver," ujar Fadli Zon.
Setya Novanto terus berkelit dan membantah, tapi disaat bersamaan arus berita yang begitu masif, membuat pembelaan yang ia lakukan tidak berdampak apa-apa. Terlabih setelah beredarnya transkip percakapan yang ia lakukan di media masa.
Ocehan Fadli Zon pun tidak lebih dari sebuah ucapan suuzon seorang Zon terhadap Sudirman Said. Mana ada pencuri yang mau mengaku. Orang oon pun tau motiv dan kepentingan Fadli Zon terhadap Setya Novanto.Â
Saat ini yang menjadi prioritas masyarakat adalah mengawal dan mendorong kejujuran dan transparansi MKD agar kasus Setya Novanto tidak menguap seperti kasus kunjungan Setya Novanto dan Fadli Zon ke Amerika Serikat di masa lalu.
Jangan biarkan negeri ini berada di bawah kendali rampok dan begal yang membuat rakyat makin menderita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H