Negeriku sayang negeriku malang, sedikit puitis dan melebih-lebihkan tapi itulah kenyataanya. Jumlah masyarakat dan sumber daya yang melimpah harusnya telah menjadikan negeri ini sebagai salah satu kekuatan raksasa global, sayang Indonesia sulit bersaing bahkan untuk level Asia sekalipun. Jelas ada yang salah dengan tata kelola dan cara berpikir pemimpin negeri ini. Jokowi dengan jargon politik REVOLUSI MENTAL_nya harusnya mampu merubah dan menciptakan berbagai kebijakan yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa. Kata sederhana yang lebih gambpang dipahami adalah sukses. Jokowi harus mampu merubah arah bangsa Indonesia yang gagal menjadi bangsa yang sukses. Agar dapat menelurkan kebijakan yang tepat tentu perlu diidentifikasi terlabeih dahulu apa sebenarnya persoalan mendasar bangsa ini. Setelah dan dengan menggunakan kacamata sederhana kita akan tahu bahwa kita punya masalah pada
1. Moral, mengakibatkan menuclnya koruptor, mafia, dan sejenisnya.
2. Penguasaan ilmu dan teknologi, mengakibatkan munculnya orang yang tidak dapat berdaya saing. Dua hal di atas muara akhirnya adalah kemiskinan.Â
Lantas apa solusinya?Â
Moral penyelesaianya adalah agama, ilmu agama
Penguasaan teknologi solusinya adalah pendidikan
Bagaimana pendidikan moral bangsa saat ini? tidak ada satupun upaya pemerintah untuk membangun moral bangsa. Pendidikan moral yang menjadi ciri khas madrasah kini tidak bertaji lagi setelah adanya SKB 3 menteri yang yang menyetarakan pendidikan umum dengan pendidikan madrasah. Perbedaanya hanya pada kurikulum madrasah yang menekankan materi pendidikan umum 70%, dan materi pendidikan agama 30%. Hasilnya? dapat ditebak alumni yang lembah basic keilmuan dan lemah basic agamanya. Kebijakan pada pendidikan formal mesti diubah harus jelas hitam putihnya, jangan abu-abu.
Bagaimana dengan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan kita saat ini. Jelas kita jauh tertinggal, alokasi dana pendidikan yang minim, dana riset yang minim menjadi tantangan terbesar kita. Maka jangan heran ilmuwan kita lebih senang mengabdikan diri di negara lain yang lebih menjamin kesejahteraan hidup mereka.
REVOLUSI MENTAL, yang dipuja sebagian orang dan dijadikan joke/ lelucon bagi sebagian orang dianggap sebagai revolusi mental/ terpantulkan kembali/ tidak berdampak. Pengertian sederhananya adalah merubah secara cepat dan radikal cara pandang kita. Sayang dalam aplikasinya program-program yang dilahirkan tidak relevan dengan cita-cita untuk merubah mental rakyat bangsa ini. Programnya berorientasi pada kebutuhan jangka pendek, tidak konstruktif dan berkelanjutan.Â
Mari kita lihat bersama, dengan pendapatan nasional sekitar 1.800 triliun yang sebagian besarnya habis untuk belanja pegawai maka tentu sedikit dana yang tersisa untuk pembangunan. Petanyaanya dana yang sedikit ini harus digunakan untuk apa? harus ada skala prioritas. Saat ini banyak yang memuji transfer dana ke desa; pembangunan dimulai dari desa. Tanpa kita sadari banyak kebocoran dan tidak tepat sasaran. Ingat!!!
BANGUNLAH (1) JIWANYA BANGUNLAH (2) BADANNYA. Para pakar dan sejarah telah membuktikan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang dibangun JIWAnya terlebih dahulu baru kemudian dibangun BADANnya. Tidak yakin? Mari kita lihat
- Muhammad ketika diberi wahyu tidak membangun negara negara terlebih dahulu. Tidak mengguyur para mualaf dengan harta, tapi ia mendakwahi mereka terlebih dahulu. Muhammad menanamkan nilai-nilai moral terlebih dahulu baru kemudian Ia membentuk intitusi negara menarik pajak dan membangun kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan mental melahirkan generasi tangguh yang mampu menaklukan dunia. Lihatlah pergerakan Muhammad, beserta kumpulan pasukan Badui (yang dianggap kolot oleh sebagian orang) mampu menggulung jazirah Arab, Afrika Utara, Asia tengah, dan sebagian Eropa. INTINYA BANGUN DAHULU MORAL/ JIWA BARU FOKUS PADA PEMBANGUNAN FISIK, seperti infrastruktur dan sejenisnya, bukannya tidak penitng tapi ada yang lebih penting untuk didahulukan. MORAL PENTING!!!
- Lihatlah Inggris, Prancis, Amerika mereka mampu menguasai perekaonomiaan dunia dan mendikte negara lain. Kenapa karena mereka menguasai teknologi dan pengetahuan. Lihatlah negara yang menentang mereka, dihabisi melalui berbagai sanksi dan berbagai senjata modern. Kenapa? karena mereka menguasai IPTEK. IPTEK PENTING.Â
Tapi sekarang Amerika terancam kolaps, ya benar, itu karena mereka hanya fokus pada penguasaan IPTEK mengabaikan moral, jadi coba bayangkan jika Indonesia menjadi bangsa yang bermoral dan menguasai IPTEK. Kita pantas berharap dan bangga karena Indonesia adalah bangsa yang religius. Berbeda dengan Soviet/ Rusia, Amerika, maupun China.
Rakyat Indonesia pantas berharap. Tidak cukupkah derita kita dijajah 350 tahun oleh Belanda, tidak cukupkah kita dijaja Inggris, Jepang. Haruskan derita ini berlanjut? Tentu kita berharap tidak. Harus ada revolusi mental dan relovusi mental mesti lebih ditekankan pada pejabat pemerintah. Kenapa? Karena mereka yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.Â
Aneh, jujur saya secara personal lebih menginginkan revolusi sistem pemerintahan dan orang-orang pemerintahan. Gedung-gedung pemerintahan saat ini bukan lagi tempat bekerja orang-orang yang memikirkan nasib rakyat melainkan tempat bekerja orang yang meikirkan nasib diri sendiri. Bagaimana mungkin mahluk-mahluk tidak berperasaan itu TEGA membeli kasur dengan uang yang ditarik dari rakyat miskin disaat kita menghadapi guncangan ekonomi. Jika pembeda manusia dan biatang adalah akal, maka kiranya pantas kita menyebut mereka dengan sebutan binantang, kalaupun bukan berarti orang gila; punya akal dan otak tapi tidak berfungsi maksimal.
Menkominfo, Komisi Penyiaran, Rakyat Indonesia khususnya ibu-ibu, bagaimana mungkin kalian membiarkan tayangan TV yang ditonton anak dan adik kita menampilkan tayangan tidak berkualitas, gosip, goyang dangdut seronok, TV India, TV harimau, TV yang sebagian besar durasinya menampilkan mahluk "konspirasi kemakmuran" dimana sisi edukasinya, Artis melahirkan diliput, sedikit kaget ketika melihat anak disamping rumah mangaum seperti harimau ketika bangun tidur, ternyata dia mengikuti tayangan TV harimau yang ketika melihatnya membuat saya mual. Nihil tidak memiliki sisi positif sedikitpun. INGAT YANG PUNYA TV SEKARANG LAGI SIBUK MEBINA PARTAI. Mengapa Presiden, Kominfo, Kepala Daerah, Polisi, dan Masyarakat tidak aktif mengontrol ini. Trio binatang yang goyangnya seronok, rambut dicat, menampilkan belahan pada dibiarkan manggung. Ada lagi duo tumbuhan yang menampilkan payudaranya (ga perlu maaf disebut saja harus maaf, yang pamer saja ga bilang maaf apalagi saya yang hanya sebut) dengan fulgar.Â
REVOLUSI MENTAL, ia harus komprehensif, berkesinambungan dan didukung oleh kesadaran dan partisipasi aktif seluruh elemen bangsa. Apalah artinya kita, apalah peran kita jika disaat melihat kezaliman kita menutup mata. Jangan sampai karena takut kehilangan kursi membuatmu takut melakukan tindakan radikal. Selalu ada harga yang dibayar bahkan untuk  kebaikan sekalipun. Tunjukanlah ketegasan dan keberanianmu agar kami yakin dengan kapasitasmu. Jangan abaikan hal kecil termasuk tuisan ini. Jika kita sepakat paling tidak anak dan adik-adik kita tidak akan kita cecoki dengan tayangan TV tidak berkualitas.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H