Mohon tunggu...
Titik Annisa Nur K.
Titik Annisa Nur K. Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang hobi menulis dan membaca.

Penulis buku antologi fiksi dan nonfiksi. Aktif menulis di Instagram @penanies Berharap setiap tulisan terselip manfaat bagi yang membaca. Happy Reading. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beli Mobil

20 Agustus 2021   16:06 Diperbarui: 20 Agustus 2021   16:27 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Istriku Sayang ... Bukannya Abang hendak melarangmu begini dan begitu. Tapi, segala sesuatu itu butuh pertimbangan yang matang. Coba pikir, gimana kalau anak-anak di bawah pengasuhan orang lain yang belum kamu tahu sepak terjangnya. Apa Adek tega?"

Leni diam sejenak, bibirnya mendadak manyun tiga senti. "Teman-temanku yang bekerja pada gitu, loh, Bang. Nggak ada masalah, tuh, mereka. Justru waktu bersama anak-anak bisa lebih berkualitas setelah seharian ditinggal kerja."

"Itu mereka, Dek. Belum tentu cocok untuk kita," sanggah Irwan.

"Nah, itu ... Abang sendiri, loh, yang bilang belum tentu. Masih ada kemungkinan cocok, kan?" Leni ngeyel. "Harus coba, Bang, biar tahu!"

"Buat anak, kok, coba-coba, Dek!" Irwan terpancing, kesal. Lalu, melepaskan sentuhannya pada Leni.

"Duh, Abang nggak ngerti, sih!" Leni menarik badannya dari tepi ranjang, lalu merebahkan diri membelakangi Irwan yang juga beranjak dari duduknya, melangkah ke meja mematikan laptop yang tadi masih menyala.

"Abang yang justru nggak ngerti, maksud adek nggak ngerti itu nggak ngerti apanya?" tanya Irwan sejurus kemudian. Mendekati Leni kembali di pembaringan yang kini diam saja. Ngambek.

"Lagian, anak-anak itu butuh pengasuh yang hebat, kan? Dan Adek satu-satunya yang memenuhi kriteria itu untuk mereka," lanjut Irwan yang kini ikut berbaring di samping Leni, meletakkan kedua telapak tangan di tengkuk dan memandang langit-langit kamar.

Tak ada sahutan, Irwan justru semangat melanjutkan perkataannya. "Adek itu ibu terbaik bagi anak-anak, loh. Sarjana, pinter mengaji, masakannya enak, pandai bercerita, bawel dalam ...."

"Abang nyebelin!" seru Leni demi mendengar kata "bawel" dari suaminya. Diambilnya bantal untuk menutup wajah yang rautnya semakin memerah. Tambah kesal.

"Abang belum selesai ngomong, Dek ...." Irwan memindah posisi badannya menyamping, menghadap punggung Leni yang masih tetap membelakangi. "Maksud Abang, bawel dalam kebaikan. Rajin ngingetin anak-anak kalau ada hal kurang tepat yang mereka lakukan. Dan itu, belum tentu mereka dapat dari orang lain selain ibunya sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun