Mohon tunggu...
Titik Annisa Nur K.
Titik Annisa Nur K. Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang hobi menulis dan membaca.

Penulis buku antologi fiksi dan nonfiksi. Aktif menulis di Instagram @penanies Berharap setiap tulisan terselip manfaat bagi yang membaca. Happy Reading. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Tinggal, Welu

18 Agustus 2021   05:02 Diperbarui: 18 Agustus 2021   05:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap hari, aku dan dua temanku selalu bermain dengan  Della dan Alan. Hanya saja, kedua temanku itu: Kici dan Bani, memang tak selincah tingkah polahku. Aku sering keluar kandang, demi bisa berlari-larian dan memakan rumput liar. Namun, justru karena itu, aku semakin dekat dengan Dela dan Alan, juga tuan dan istrinya. Aku sering dielus dan saat makan disuapi oleh mereka. Bahkan Della senang sekali menggendongku ke mana-mana.

Tak terasa, sebulan berlalu. Aku semakin kerasan dan menyayangi mereka. Aku masih sering menyelinap, bahkan terkadang ingin bermanja dengan terus mengekor di dekat kaki mereka. Hingga malam itu, malam yang membuatku kehilangan segalanya.

Malam hampir larut, kudengar suara pintu dibuka.  Aku yang sedari tadi memang di luar kandang, bergegas lari ke arah suara pintu. Ternyata tuanku. Aku mendekati kakinya, ingin dielus dan disuapi olehnya. Tuanku menjauhkanku darinya.

"Hush, sana bentar, Welu. Sepedanya mau dimasukkan," ucapnya pelan.

Aku yang memang tak paham dengan apa yang diucapkannya, malah kembali mendekat kepadanya. Hingga ... Jreeeshh ... Pandanganku gelap seketika, tetapi masih sempat kudengar tuanku setengah berteriak beristighfar. Lalu, aku tak mendengar apa-apa lagi.

***

Pov Della

Aku tak berhenti menangis seharian. Pagi tadi, ibu memberitahu bahwa Welu, kelinci kesayanganku mati karena tak sengaja terlindas ban belakang motor ayah semalam. Meskipun ibu menghiburku dengan kata-kata yang sejuk untuk bersabar, aku tetap merasa sedih dan kehilangan. Aku berusaha ikhlas, tapi aku ingin punya kelinci seperti Welu lagi.

"Ayah, belikan kelinci yang seperti Welu lagi, ya?" pintaku berulang kali pada ayah.

-fin-
_____
Spesial untuk mengenang Welu, kelinci kami yang telah pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun