Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Menginspirasi untuk menciptakan dunia dengan kata-kata.

Pendidik anak bangsa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo yang gemar membaca segala macam bacaan dan menulis untuk menciptakan dunia dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Keajaiban Kata

27 Januari 2025   07:52 Diperbarui: 27 Januari 2025   07:52 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Gambar:  laptop penulis sedang menulis. Sumber Gambar Dokumen pribadi

Kata-kata bukan hanya sekedar bunyi yang keluar dari mulut. Tapi kata-kata adalah bunyi yang melalui proses yang melibatkan alat-alat ucap, mulai dari paru-paru di mana kita memulaiu mengalirkan udara yang kemudian mengalir melalui tenggorokan. Di tenggorokan ada pita suara yang bergetar saat dalalui udara. Kemudia bunyi kita modifikasi dengan menggerakkan alat-alat artikulasi, langit-langit dan dasar mulut, lidah, gigi, bibir atas dan bibir bawah. Dengan proses ini, maka aneka bunyi bisa kita hasilkan, mulai bunyi yang tak mengandung makna sampai bunyi yang mengandung makna yang kita istilahkan dengan kata.

Dengan pembahasan di atas, nyatalah bahwa kata-kata mengandung keajaiban. Apakah keajaiban kata itu? Di atas sudah kita bahas dari segi proses. Namun ada lagi satu keajaiban kata. Kata-kata mampu menggambarkan realitas yang ditangkap oleh panca indera manusia. Melalui kata-kata manusia mampu mendeskripsikan apa saja yang dilihat, didengar, diraba, dibaui, dan dikecap.  Maka kata-kata menjadi sarana untuk wartawan melaporkan kejadian.

Kata-kata juga menjadi sarana pengutaraan pikiran-pikiran. Maka para filsuf menjadikan kata-kata untuk mengutarakan isi pikirannya. Kata-kata yang dipiih agar berkualitas, mencerminkan kualitas pemikiran yang brilian. Kata-kata yang dipilih disusun agar mencerminkan pikiran yang runtut. Tinggi, dan berkualitas.

Baca juga: Kita Masih di Sini

Para ilmuan menggunakan kata-kata untuk mengutarakan ilmu yang menjadi kompetensinya. Laporan karya ilmiah tersusun, baik dalam tulisan buku, artikel, essay, maupun dalam orasi-orasi ilmiah di acara-acara akademis, seperti peringatan dies natalis suatu universitas. Kata-kata yang dipilih adalah kata-kata yang mampu menjelaskan pemikiran ilmiah yang rasional dan empiris, atau yang mampu menjelaskan makna suatu fenomena yang menjadi topik bahasan.

Para sastrawan menggunakan kata-kata untuk mengungkapakn idea besar ataupun ungkapan emosi yang mendalam. Kata -kata yang digunakan mengandung nilai sastra yang tinggi, yang mampu mewakili pikiran dan emosi. Sebagai contoh mari kita lihat contoh puisi karya Sapardi Djoko Damono di bawah ini:

PADA SUATU HARI NANTI

Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,

impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.

(1991)

Perhatikan kata-kata yang digunakan. Semuanya mewakili perasaan sastrawan bahwa pada suatu hari nanti, saat diat telah tiada, karyanya akan tetap ada, dibaca oleh manusia. Pada saat itu dia masih mampu membersamai pembacanya meski jasadnya telah tiada.

Nah, bagaimana agar pikiran-pikiran kita, emosi-emosi kita tatap abadi, dan tak ikut hilang saat jasad kita tiada? Jangankan saat jasad kita telah tiada, kata-kata yang terucap lisan akan hilah setelah diucapkan. Maka di sinilah pentingnya menulis. Menulis adalah upaya menuju keabadian, kata HAMKA, seorang ulama dan sastrawan yang dimiliki Indonesia, yang karya-karyanya masih dibaca meski dia telah tiada sejak puluhan tahun lalu, yang salah satu maha karya, "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" telah dijadikan film dan sukses mencuri hati pata penintonnya. Contoh lainnya adalah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang kita baca di atas.

Jadi, apa kesimpulannya? Kesimpulannya adalah, berkaryalah dengan kata-kata. Tapi jangan jadikan kata-kata menjadi kosong tak bermakna. Berkaryalah dengan kata-kata untuk menyebarkan inspirasi, baik itu, baik itu karya tulis ilmiah, karya sastra, dll. Menulislah, untuk menyebarkan ilmu, baik itu Anda sebagai guru, dosen, pejabat, filsuf, dokter, wartawan, atau sebagai siswa dan mahasiswa. Menulis adalah upaya pembebasan, kata filsuf Eksistensialisme, Jean Pau Sartre. Ya, menulis adalah upaya pembebasan manusia dari kesempitan berpikir, pembebasan dari kekosongan otak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun