Apa yang terpikirkan oleh kita bila kita mendengar tentang jin sakti? Mungkin sebgaian dari kita akan teringat cerita tentang jin sakti, jin sakti yang bagaimana? Kita mungkinmasih ingat jin sakti dalam cerita "Aladin dan Lampu Wasiat."
Nah kali ini saya menulis tentang jin sakti dalam lampu wasiat Aladin. Alkisah, Aladin menemukan sebuah lampu wasiat di dalam suatu gua. Lampu itu disebut wasiat karena memiliki keajaiban. Dalam lampu itu berdiam satu jin sakti.
Jin itu sangat sakti. Dia mampu mengabulkan semua permintaan manusia. Namun dia hanya mau mengabulkan permintaan orang yang memiliki dan menguasai lampu itu. Nah karena Aladin yang memiliki dan menguasai lampu itu, maka jin itu mengabulkan semua permintaan Aladin.
Aladin lalu mengajukan berbagai macam permintaan kepada jin itu. Aladin meminta makanan enak, dalam sekejap mata makanan enak tersedia. Aladin minta pakaian indah dan mahal, pakaian itupun tersedia dalam hitungan seperempat detik. Aladin minta rumah mewah, rumah mewah lalu tiba-tiba berdiri di depannya.
Aladin sangat senang. Dia bahagia karena bisa membahagiakan ibunya. Ibunya makin sayang kepada Aladin. Aladin juga makin senang.
Suatu saat, Aladin melihat sebuah tandu kerajaan lewat di depan rumahnya. Ternyata itu tandu membawa puteri raja. Aladin jatuh cinta. Dia lalu meminta ibunya melamar puteri raja. Ibunya meskipun awalnya takut, namun akhirnya memberanikan diri pergi ke istana.
Raja bersedia menerima lamaran Aladin dengan syarat Aladin mampu membangun istana sebagai maskawin. Istana itu harus berdiri di depan istana raja. Istana itu harus lebih indah dari istana raja. Istana itu juga harus sudah berdiri dalam waktu semalam.
Ibunya Aladin shock berat. Namun Aladin tenang-tenang saja. Malam harinya dia menggosok-gosok lampu wasiatnya. Muncullah jin. Aladin lalu meminta istana itu. Jin menyanggupi. Dalam waktu hanya semalam, istana itu sudah berdiri di depan istana raja. Istana itu lengkap dengan ornamen-ornamen emas.
Singkat kata, Aladin lalu menikah dengan puteri raja. Mereka hidup berbahagia di istana yang dibangun oleh jin.
Namun ada tukang sihir yang jahat. Melalui siasat yang licik, dia berhasil mencuri lampu wasiat Aladin ketika Aladin sedang bepergian. Dia lalu memiliki dan menguasai lampu itu. Lalu dia menggosok-gosok lampu itu. Keluarlah jin sakti. Tukan sihir jahat lalu memintanya memindahkan istana Aladin ke tempat jauh. Jin dengan takjim memenuihi permintaan itu.
Aladin terkejut, ketika pulang dari bepergian istananya sudah tidak ada, isterinya juga hilang. Dan yang sangat gawat, dia diperintahkan raja untuk mengembalikan istana beserta isterinya. Bila dia tidak sanggup, maka dia akan dihukum penggal leher.
Dengan perjuangan yang berat, Aladin bisa tahu bahwa ternyata tukang sihir jahat telah mencuri lampu wasiatnya. Dan bahwa tukang sihir itu memerintahkan jin untuk memindahkan istananya ke tempat jauh. Melalui perjuangan yang berat, akhirnya Aladin bisa mengambil kembali lampu itu saat tukang sihir sedang pergi.
Aladin memerintahkan jin dalam lampu wasiat untuk mengembalikan instananya, dia juga meminta jin untuk menangkap tukang sihir jahat, dan membunuhnya serta melemparkan mayatnya ke puncak gunung. Permintaan itu dipenuhi oleh jin dengan baik.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita ini? Kita lihat, jin itu sakti dan kuat. Dia mampu melakukan apa saja permintaan pemilik lampu. Namun dia melakukan apa saja permintaan siapapun yang menguasai lampu tempat dia berdiam. Dia tak perduli apakah permintaan itu benar atau salah.
Ini mengingatkan kita pada manusia. Ada manusia yang memiliki mental seperti jin itu. Manusia yang memiliki keahlian dan kepintaran. Namun dia mengabdi pada orang yang salah. Dan dia bersedia melakukan apapun permintaan atau perintah orang itu.
Apa yang membuat dia begitu taat? Bisa jadi karena dibayar mahal. Dan dia melakukan permintaan itu tak perduli benar atau salah. Dengan kemampuannya, dia bisa membuat yang salah menjadi seolah-olah benar.
Orang seperti ini bisa membunuh bila diminta tuannya. Membunuh dalam pengertian luas, bukan hanya membunuh secara fisik, tapi juga membunuh karakter korban melalui kemampuannya berkata-kata di media sosial. Bisa juga, bila diminta tuannya, membunuh hajat hidup orang banyak dengan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya. Semua itu dilakukan demi kepentingan tuan yang menyuruhnya.
Yah, kita berpotensi menjadi manusia bermental jin bila kita tak memiliki nurani. Kita, saya, anda, dan siapa saja bisa terjebak ke dalam mental jin itu . Namun semoga kita terhindar dari mental seperti ini. Mari kita tetap memohon supaya Tuhan membimbing kita di jalan yang lurus. Jalan orang-orang baik dan diberkati-Nya. Bukan jalan mereka yang dimurkai karena zalim. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H