Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Melukis dunia dengan kata-kata.

Pendidik anak bangsa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo yang gemar membaca segala macam bacaan dan suka melukis dunia dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jin Sakti dan Kita

29 Agustus 2024   19:46 Diperbarui: 7 September 2024   18:31 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aladin terkejut, ketika pulang dari bepergian istananya sudah tidak ada, isterinya juga hilang. Dan yang sangat gawat, dia diperintahkan raja untuk mengembalikan istana beserta isterinya. Bila dia tidak sanggup, maka dia akan dihukum penggal leher.

Dengan perjuangan yang berat, Aladin bisa tahu bahwa ternyata tukang sihir jahat telah mencuri lampu wasiatnya. Dan bahwa tukang sihir itu memerintahkan jin untuk memindahkan istananya ke tempat jauh. Melalui perjuangan yang berat, akhirnya Aladin bisa mengambil kembali lampu itu saat tukang sihir sedang pergi.

Aladin memerintahkan jin dalam lampu wasiat untuk mengembalikan instananya, dia juga meminta jin untuk menangkap tukang sihir jahat, dan membunuhnya serta melemparkan mayatnya ke puncak gunung. Permintaan itu dipenuhi oleh jin dengan baik.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita ini? Kita lihat, jin itu sakti dan kuat. Dia mampu melakukan apa saja permintaan pemilik lampu. Namun dia melakukan apa saja permintaan siapapun yang menguasai lampu tempat dia berdiam. Dia tak perduli apakah permintaan itu benar atau salah.

Ini mengingatkan kita pada manusia. Ada manusia yang memiliki mental seperti jin itu. Manusia yang memiliki keahlian dan kepintaran. Namun dia mengabdi pada orang yang salah. Dan dia bersedia melakukan apapun permintaan atau perintah orang itu.

Apa yang membuat dia begitu taat? Bisa jadi karena dibayar mahal. Dan dia melakukan permintaan itu tak perduli benar atau salah. Dengan kemampuannya, dia bisa membuat yang salah menjadi seolah-olah benar.

Orang seperti ini bisa membunuh bila diminta tuannya. Membunuh dalam pengertian luas, bukan hanya membunuh secara fisik, tapi juga membunuh karakter korban melalui kemampuannya berkata-kata di media sosial. Bisa juga, bila diminta tuannya, membunuh hajat hidup orang banyak dengan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya. Semua itu dilakukan demi kepentingan tuan yang menyuruhnya.

Yah, kita berpotensi menjadi manusia bermental jin bila kita tak memiliki nurani. Kita, saya, anda, dan siapa saja bisa terjebak ke dalam mental jin itu . Namun semoga kita terhindar dari mental seperti ini. Mari kita tetap memohon supaya Tuhan membimbing kita di jalan yang lurus. Jalan orang-orang baik dan diberkati-Nya. Bukan jalan mereka yang dimurkai karena zalim. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun