Trilogi pendidikan di atas menjadi filosofi bagi praktisi pendidikan, khususnya guru dalam menjalankan profesi mengajarnya. Makna dari trilogi di atas adalah saat -saat tertentu seorang guru di depan memberikan instruksi sekaligus menjadi teladan. Di saat yang lain dia berada di tengah-tengah peserta didik, membaur Bersama mereka dan membangun karsa atau kemauan atau semangat belajar. Saat itu dia berbaur dan belajar bersama para siswanya. Pada saat yang lain dia berada di belakang para siswa memberikan dorongan atau motivasi belajar, pada saat itu para peserta didik didorong untuk menjadi mandiri dan guru menjadi motivator.
Untuk membuat pendidikan sukses sesuai dengan trilogy pendidikan, maka peran waca kelas sangat diperlukan. Wacana memegang peranan yang sanagt penting dalam keberhasilan proses pendidikan (Katili, 2021). Wacana kelas menjadi penentu dalam proses interaksi kelas dan interaksi itu menjadi faktor penentu keberhasilan tujuan pembelajaran kelas.
Sekarang apakah wacana itu? Wacana adalah pemakaian bahasa dalam konteks tertentu. Locke mengatakan bahwa konteks adalah kondisi saat peristiwa tuturan terjadi. Konteks terdiri dari mereka yang terlibat dalam percakapan, misalnya guru dan murid, tempat di mana tuturan terjadi, misalnya ruang kelas, dan topik yang menjadi bahan percakapan, misalnya mata pelajaran  yang sedang dipelajari (Katili, 2007).
WACANA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
Sekarang kita bahas bagaimana wacana kelas untuk kesuksesan pembelajaran di kelas sesuai dengan trilogi pendidikan. Tapi sebelumnya mari kita lihat bagaimana wacan kelas sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Kita lihat dari dua model pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai makna gravitasi bumi.
- Anak-anak, apa yang dimaksud dengan gravitasi bumi?
- Anak-anak, apa yang akan terjadi bila kalian melompat dari tempat tidur? (Rymes, 2008).
Sekarang kita lihat perbedaan dari kedua pertanyaan itu. Pertanyaan pertama lebih berorientasi pada hapalan. Pada tahap ini peserta didika hanya diajarkan menghapal pengertian-pengertian atau definisi tanpa melibatkan proses berpikir.
Pertanyaan model kedua lebih mengerahkan peserta didik untuk berpikir. Dalam pendidikan disebut HOTS yang berarti High Order Thinking Skill atau ketrampilan berpikir Tingkat tinggi. Pada kterampilan ini peserta didik dilatih untuk menganalisis untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu fenomena atau konsep. Denga pertanyaan ini peserta didik akan berpikir untuk memperoleh pemahaman tentang gravitasi bumi.
Sekarang kita lihat bagaimana wacana pembelajaran yang sesuai dengan trilogy pendidikan Ki Hajar Dewantoro. Wacana dalam proses pembelajaran menggunakan bahasa among. Bahasa among adalah bahasa yang mengayomi, mendidik (Heri Suwignyo, 2012).
Menurut Suwigno, bahasa dengan menggunakan bahasa among, maka proses pembelajaran akan lebih edukatif, terutama menurut trilogy pendidikan Ki Hajar Dewantoro. Yang pertama kita lihat trilogy yang pertama, Ing Ngarso sung Tulodo.
Bila kita berkata pada peserta didik, "Perhatikan apa yang saya katakan lalu lakukan seperti contoh yang saya berikan." Kita lihat ucapan "Perhatikan". Ucapan ini berarti instruksi. Kata ini lalu diikuti dengan instruksi selanjutnya, "...lakuakn seperti yang contoh yang saya berikan". Kedua perintah ini diucapkan saat guru berada di posisi depan. Dia menjadi contoh dalam proses belajar.
Ketika seorang guru berkata, "Sekarang mari kita sama-sama membahas persoalan ini." Mari kita perhatikan kata "Mari kita bersama-sama..." Berlainan dengan ungkapan pertama, "...perhatikan..." dalam perkataan kedua guru berkata ..."Mari kita bersama-sama..." Ini menempatkan guru pada posis di tengah-tengah para peserta didik. Dia belajar bersama para peserta didik demi membangun karsa belajar. Dengan keterlibatannya dalam proses belajar Bersama-sama para peserta didik, guru bisa membangu karsa belajar.