Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Melukis dunia dengan kata-kata.

Pendidik anak bangsa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo yang gemar membaca segala macam bacaan dan suka melukis dunia dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Meninjau Perilaku Narsis dengan Kacamata Buku "The Heart of Man" Karya Erich Fromm

3 Agustus 2023   19:05 Diperbarui: 16 Februari 2024   20:40 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

NARSISISME SUMBER BENCANA

MENINJAU PERILAKU NARSIS DENGAN KACAMAT BUKU THE HEART OF MAN KARYA ERICH FROMM

Adriansyah A. Katili

adriansyahkatili@ung.ac.id

Kata narsis akhir-akhir ini boleh dibilang sangat popular di media sosial seperti Facebook. Pengguna media sosial sering memajang foto mereka dengan gaya tertentu, lalu memberi caption “narsis”. Namun bagaimana sebenarnya narsis itu? Essay singkat ini mencoba meninjau perilaku ini denhgan kacamata buku yang berjudul the Heart of Man.

Buku the Heart of Man adalah salah satu buku karya monumental seorang filsuf manusia, Erich Fromm. Buku ini telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan judul yang sama oleh Hari Taqwan Santoso dan diterbitkan oleh penerbit Ircisod pada tahun 2019.

Buku ini bagi saya, dan mudah-mudahan juga pembaca, sangat menarik karena membicarakan efek negatif salah satu gangguan prikologis manusia, narsisisme.narsisisme, menurut buku ini, gangguan ini sangat berbahaya bagi kemanusiaan terlebih bila menimpa.

APAKAH NARSIS ITU?

Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang bahaya narsisisme , lebih dahulu saya membahas hakekat narsisime. Narsisisme berasal dari mitologi Yunani Kuno. Dalam mitologi Yunani Kuno, dikisahkan tentang seorang pemuda. Pemuda yang dianggap tertampan di seantero Yunani. Suatu hari dia sedang asyik duduk santai di tepi danau. Danau itu berair bening jernih dan dikelilingi pemandangan alam yang indah. Saat memandang ke air nan jernih itu, tiba-tiba Narsis memandang bayangan wajahnya sendiri. Bayangan wajah seorang lelaki tampan, Narsis terpesona pada ketampanan wajahnya sendiri. Berhari-hari dia terpana di situ, asyik mengagumi wajahnya sendiri. Lupa makan, lupa segalanya. Penguasa alam murka, lalu mengutuk pemuda itu menjadi sejenis bunga yang hanya tumbuh di tepi danau. Bunga itu kemudian dinamakan narsis. Kemudian nama narsis disematkan oleh psikolog terkenal beraliran psikoanalisis, Sigmund Freud, kepada mereka yang mengagumi dirinya sendiri secara berlebih-lebihan. Jadi narsis adalah nama perilakunya sedangkan gangguan kejiwaan diberi nama gangguan kejiwaan diber nama narsisisme.

Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menganggap dirinya yang terhebat. Mereka lalu menjadi anti kritik, selalu menganggap dirinta yang benar. Orang lain dianggapnya salah selalu.

JENIS-JENIS NARSISISME

Fromm membagi narsisisme menjadi dua jenis. Yang pertama adalah narsisisme individual. Narsisisme individual menimpa orang perorang. Dengan kata lain narsisisme yang menimpa individu. Kita bisa lihat pada perilaku orang tersebut yang kelihatan arogan dan sering memuji-muji dirinya sendiri.

Narsisisme kedua adalah narsisisme sosial. Narsisisme jenis ini menimpa sekelompok masyarakat secara kolektif, baik kelompok etnis, agama, atau kelompok sosial lainnya. Narsisisme jenis ini terindikasi melalui perilaku kelompok itu. Pada kelompok nasionalis tertentu nampak pada pernyataan kelompok itu, semisal “Deutschlan Über Alles” dalam bahasa Jerman yang berarti Jerman di atas segalanya.

Narsisime sosial menjelma sifat arogansi kelompok secara sosial. Sikap-sikap yang menganggap bahwa kelompok dirinyalah yang unggul atau memiliki derajat yang tinggi. Sebaliknya kelompok lain dianggap sebagai kelompok yang rendah. Pada tataran kenegaraan sikap ini menjelma menjadi sikap Ultranasionalisme.Sikap ini menganggap negaranyalah yang memiliki derajat tinggi dan negara lainnya berada di derajat tertinggi.

Menurut buku ini, pada tataran yang sangat parah gangguan psikologis ini menjadi megalomania. Menganggap dirinya yang besar, paling tinggi derajatnya. Megalomania biasanya menimpa para penguasa.

BAHAYA NARSISISME

Menurut Fromm, narsisime menimbulkan bahaya, baik narsisisme individu maupun narsisisme sosial. Orang yang mengidap narsisisme jenis pertama akan bersikap arogan di tengah masyarakat. Dia ingin selalu dipuji, anti kritik, dan selalu menganggap dirinya yang terbaik.

Narsisisme jenis ini akan menyebabkan individu yang bersangkutan mengalami konflik. Baik konflik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang di sekitarnya. Dengan dirinya sendiri, dia akan mengalami kekecewaan ketika tidak ada orang yang memujinya. mengangung-agungkan dia, dia akan kecewa.

Kemudian, seperti yang saya bahas sebelumnya, pada orang-orang yang berkuasa, akan muncul sikap megalomania. Megalomania adalah sikap yang menganggap dirinta besar. Orang lain kecil. Sikap ini pada tahap yang membahayakan menimbulkan sikap nekrofilis Fromm meminjam istilah ini dari psikologi abnormal. Gangguan jiwa nekrofilis adalah perilaku mencintai kematian. Orang-orang yang mengidap penyakit ini suka sekali menyimpan mayat-mayat di kediamannya. Dia mengidap penyakit penyimpangan seksual dengan mencintai mayat. Dia menginginkan kematian bagi orang lain demi memuaskan hasrat narsisismenya.

Fromm menggunakan istilah ini untuk menunjukkan perilaku mencintai kematian. Dalam tragedy sejarah kemanusiaan, penguasa-penguasa ini antara lain penguasa Jerman bernama Adolf Hitler dari Parta Nazi. Hitler melakukan pembunuhan massal yang dikenal sebagai holocaust. Ditenggarai bahwa yang kaum Yahudi yang paling banyak menjadi korban. Ditenggarai dia mengalami kepuasan ketika melihat mayat-mayat yang bergelimpangan. Dia merasa puas berkuasa sehingga bisa menentukan kematian orang lain.

Hal yang sama dilakukan oleh Kaisar Nero. Kaisar Nero adalah kaisar Romawi yang memerintah pada abad pertama Masehi. Dia banyak melakukan pembunuhan, antara lain yang menjadi korbannya adalah ibunya. Dia juga dikabarkan memerintahkan pembakaran kota Roma yang tentu saja memakan banyak korban dari kalangan rakyatnya sendirio. Dia mengalami semacam kepuasan dengan pembunuhan itu. Sama seperti Hitler, dia mengingkan kematian orang lain demi memuaskan hasrat nekrofilisnya yang dilandasi narsisisme. Sikap puas merasa dirinya berkuasa saat melihat mayat-mayat akibat perbuatanya.

Bagaimana dengan orang lain yang tidak memegang kekuasaan politik namun memiliki kekuasaan? Ini bisa saja terjadi. Sebagai contoh, seorang dosen yang memiliki otoritas terhadap mahasiswanya. Dosen yang bersifat narsis yang kemudian menjadi megalomania bisa bertindak seperti penguasa di atas. Bedanya dia tidak melakukan pembunuhan, tapi memaksa mahasiswa bimbingannya saat menulis skripsi untuk menerima pendapatnya meskipun sebenarnya pendapat mahasiswa bimbingannya memiliki kebenaran yang logis dan empirik. Dia akan memiliki kepuasan saat mahasiswanya mengikuti pendapatnya.sikap seperti ini akan membahayakan atmosfir akademik, di mana mahasiswa tidak memiliki kebebasan berpikir.

Tapi tentu saja, mahasiswa itu harus bisa beragumen yang logis mengenai pendapatnya. Mahasiswa yang tidak bisa berargumen yang logis dan empiric tentu saja tidak mempertahankan pendapatnya. Namun akan menjadi masalah bila dosen pembimbing memiliki sikap narsis dan megalomania, dia tidak akan menerima pendapat mahasiswanya dan memaksakan pendapatnya. Dosen pembimbing yang baik akan membimbing mahasiswanya menelaah karyanya dengan baik, menemukan kesalahaan cara berpikir dengan bimbingannya. Bukan menggunakan kekuasaan untuk memaksakan pendapatnya kepada mahasiswa. Mahasiswa karena ingin selamat sudah bisa dipastikan akan mengikuti perintah dosen pembimbingnya meski dengan hati yang tidak rela.

Demikian juga di lingkungan lain bisa ditemukan gejala yang memiliki esensi yang sama dengan berbagai variasi sesuai dengan keadaan. Di lingkungan sekolah, kantor pemerintah, Perusahaan. Sikap narsis dan megalomania akan ditemukan dengan kadar yang berbeda.

Bahaya narsisisme sosial adalah adanya kelompok-kelompok yang menganggap dirinya yang besar atau benar. Kelompok-kelompok yang menganggap dirinya benar akan mendominasi kelompok lain. Ini memunculkan sikap rasisme. Rasisme adalag sikap ras manusia tertentu yang menganggap rasnya yang tinggi dan ras lainnya rendah. Dalam sejarah Amerika, sikap ini betrhaun-tahun merajalela. Orang-orang kulit hitam dianggap bukan manusia oleh ras kulit putih. Perjuangan rakyat kulit hitam seperti mencapai puncaknya pada saat terpilihnya Barrack Obama dalam pemilihan presiden Amerika pada tahun 2008.menangnya Barrack Obama dalam pemilihan presiden Amerika seakan menjadi titik puncak perjuangan penghilangan rasialisme di Amerika.

Narsisisme sosial yang menjadi megalomania bisa juga dilihat pada masyarakat di mana kelompok mayoritas menjalimi kelompok mayoritas karena menang jumlah. Bila ini terjadiakan ada anarkis mayoritas terhadap minoritas. Bisa juga terjadi saat ada kelompok minoritas yang bersikap zalim karena memiliki kekuasaan politik. Ini bisa memicu tirani.

PENUTUP

Demikianlah sebagaian isi buku ini. Masih banyak topik lainnya, namun ini cukup memadai untuk kita telaah. Semoga bermanfaat.

Referensi

Fromm, F (2019) The Heart of Man.(Diterjemahkan oleh Hari Taqwan Santoso). Yogyakarta: IRCiSD.

Catatan:

Penulis adalah dosen pada Prodi S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo, dosen S2 Pendidikan Bahasa Inggris Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo, dan S3 Linguistik Terapan Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo. Dia adalah lulusan S1 Sastra Inggris Universitas Hasanuddin di Makassar, S2 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang, dan S3 Linguistik Terapan Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun