Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Menginspirasi untuk menciptakan dunia dengan kata-kata.

Pendidik anak bangsa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo yang gemar membaca segala macam bacaan dan menulis untuk menciptakan dunia dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Meninjau Perilaku Narsis dengan Kacamata Buku "The Heart of Man" Karya Erich Fromm

3 Agustus 2023   19:05 Diperbarui: 6 Februari 2025   05:53 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Contoh-contoh di atas adalah dalam sejarah masa lalu. Bagimana dengan masa kini? Sebagaimana dikatakan di atas, sikap megalomania sebagai akibat dari narsisime. Bangsa Israel yang menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan Tuhan sehingga melakukan genocide atau pemusnahan terhadap ras lain. Ini diperparah dengan sikap pemimpin negara yang menganggap dirinnya sebagai bangsa beradab, tapi mendukung genocide.

Bagaimana dengan orang lain yang tidak memegang kekuasaan politik namun memiliki kekuasaan? Ini bisa saja terjadi. Sebagai contoh, seorang dosen yang memiliki otoritas terhadap mahasiswanya. Dosen yang bersifat narsis yang kemudian menjadi megalomania bisa bertindak seperti penguasa di atas. Bedanya dia tidak melakukan pembunuhan, tapi memaksa mahasiswa bimbingannya saat menulis skripsi untuk menerima pendapatnya meskipun sebenarnya pendapat mahasiswa bimbingannya memiliki kebenaran yang logis dan empirik. Dia akan memiliki kepuasan saat mahasiswanya mengikuti pendapatnya.sikap seperti ini akan membahayakan atmosfir akademik, di mana mahasiswa tidak memiliki kebebasan berpikir.

Tapi tentu saja, mahasiswa itu harus bisa beragumen yang logis mengenai pendapatnya. Mahasiswa yang tidak bisa berargumen yang logis dan empiric tentu saja tidak mempertahankan pendapatnya. Namun akan menjadi masalah bila dosen pembimbing memiliki sikap narsis dan megalomania, dia tidak akan menerima pendapat mahasiswanya dan memaksakan pendapatnya. Dosen pembimbing yang baik akan membimbing mahasiswanya menelaah karyanya dengan baik, menemukan kesalahaan cara berpikir dengan bimbingannya. Bukan menggunakan kekuasaan untuk memaksakan pendapatnya kepada mahasiswa. Mahasiswa karena ingin selamat sudah bisa dipastikan akan mengikuti perintah dosen pembimbingnya meski dengan hati yang tidak rela.

Demikian juga di lingkungan lain bisa ditemukan gejala yang memiliki esensi yang sama dengan berbagai variasi sesuai dengan keadaan. Di lingkungan sekolah, kantor pemerintah, Perusahaan. Sikap narsis dan megalomania akan ditemukan dengan kadar yang berbeda.

Bahaya narsisisme sosial adalah adanya kelompok-kelompok yang menganggap dirinya yang besar atau benar. Kelompok-kelompok yang menganggap dirinya benar akan mendominasi kelompok lain. Ini memunculkan sikap rasisme. Rasisme adalag sikap ras manusia tertentu yang menganggap rasnya yang tinggi dan ras lainnya rendah. Dalam sejarah Amerika, sikap ini betrhaun-tahun merajalela. Orang-orang kulit hitam dianggap bukan manusia oleh ras kulit putih. Perjuangan rakyat kulit hitam seperti mencapai puncaknya pada saat terpilihnya Barrack Obama dalam pemilihan presiden Amerika pada tahun 2008.menangnya Barrack Obama dalam pemilihan presiden Amerika seakan menjadi titik puncak perjuangan penghilangan rasialisme di Amerika.

Narsisisme sosial yang menjadi megalomania bisa juga dilihat pada masyarakat di mana kelompok mayoritas menjalimi kelompok mayoritas karena menang jumlah. Bila ini terjadiakan ada anarkis mayoritas terhadap minoritas. Bisa juga terjadi saat ada kelompok minoritas yang bersikap zalim karena memiliki kekuasaan politik. Ini bisa memicu tirani.

PENUTUP

Demikianlah sebagaian isi buku ini. Masih banyak topik lainnya, namun ini cukup memadai untuk kita telaah. Semoga bermanfaat.

Referensi

Fromm, F (2019) The Heart of Man.(Diterjemahkan oleh Hari Taqwan Santoso). Yogyakarta: IRCiSD.

Catatan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun