Bantul merupakan salah satu wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di daerah Bantul tersebut, banyak ditemukan tempat wisata dan situs sejarah. Beberapa tempat wisata yang tersohor, di antaranya: Pantai Parangtritis, Pantai Parang Kusuma, Pantai Cemara Sewu, Pantai Gua Cemara, dll. Adapun situs sejarah, di antaranya: Makam Raja-Raja Mataram, Segarayasa, Gua Selarong, Sendang Kasihan, dll.
Sendang Kasihan yang terletak di dusun Kasih, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta merupakan sumber alami. Terbukti air sendang yang tampak jernih tidak pernah kering meskipun di musim kemarau panjang. Selain untuk mandi warga sekitar, air sendang digunakan untuk memasak dan sumber air minum.
Lantaran dikeramatkan oleh sebagian masyarakat sekitar dan para peziarah, Sendang Kasihan sering dijadikan sebagai tempat ritual. Setiap malam Jumat Kliwon, Jumat Legi, dan Selasa Kliwon; Sendang Kasihan dikunjungi para peziarah. Mereka yang datang di sendang baik nyekar maupun kungkum setiap jam 12 malam tersebut memiliki tujuan beragam. Sebagian mereka bertujuan agar dimudahkan rezekinya. Sebagian lainnya ingin mendapat ketenteraman. Sebagian lainnya lagi untuk mendapatkan jodoh.
Terdapat dugaan sebagian masyarakat bahwa Sendang Kasihan semula merupakan patirtan bagi masyarakat Hindu. Mengingat di sekitar sendang, terdapat arca Ganesha dan Resi Agastya. Namun dugaan tersebut masih dipertanyakan kebenarannya. Mengingat belum ada sumber-sumber sejarah terpercaya yang menyatakan bahwa Sendang Kasihan merupakan patirtan umat Hindu.
Masyarakat lain menduga bahwa Sendang Kasihan dibuat oleh Sunan Kalijaga. Dugaan mereka belum bisa diyakini kebenarannya. Mengingat belum ditemukan sumber sejarah atau pendapat para sejarawan yang menyatakan bahwa Sendang Kasihan merupakan buatan Sunan Kalijaga. Dugaan tersebut hanya bersifat jarene (katanya) yang berkembang secara tutur tinular.
Menurut Babad Tanah Jawa, Sendang Kasihan dikaitkan dengan persengketaan Panembahan Senapati versus Ki Ageng Mangir Wanabaya. Berkat nasihat Ki Juru Mrentani, raja Mataram pertama itu memerintahkan Pembayun putrinya sebagai rante mas untuk menaklukkan Ki Ageng Mangir. Sebelum berangkat ke Mangiran, Pembayun yang menyamar sebagai ledhek Lara Kasihan melakukan ritual kungkum agar mendapat daya pengasihan di Sendang Kasihan.
Mengacu laku Pembayun tersebut, banyak wanita yang melakukan ritual di Sendang Kasihan untuk mendapat daya pengasihan. Rata-rata mereka adalah wanita berstatus janda atau lajang yang berhasrat mendapatkan suami. Sebagaimana peziarah lainnya, mereka pun melakukan kungkum dan nyekar.
Sendang Kasihan dalam Puisi Nora
Lain masyarakat umum, lain penyair Nora Septi Arini. Bagi masyarakat umum memandang Sendang Kasihan bersifat fisik dan fungsional. Sementara bagi Nora memandang sendang secara metafisik, filosofis, dan puitik. Pendapat ini ditunjukkan dengan pandangannyav dalam puisi Umpak dan Janji.
Dalam karya tersebut, Nora menuliskan bahwa riak air Sendang Kasihan semerdu langgam gambang. Sendang sendiri dimaknai oleh Nora sebagai sarang laba-laba yang merupakan tempat wiridan. Suatu laku spiritual manusia untuk menemukan atau mendekatkan diri dengan Tuhan melalui proses membuka rahasia-rahasia dari empat penjuru. Pemahaman ini disampaikan Nora melalui larik-larik puisinya yang sangat imajis, sebagai berikut:
//... pada sendang pengasihan/riak merdu serupa langgam sebuah gambang/bayangmu menggugah sarang laba-laba sembari mengeja wiridan/menjinjing napas menyibak lebat semak/yang mengepung empat umpak di alas kebon seberang...//.
Tampaknya Nora mengaitkan Sendang Kasihan dengan kisah cinta Pembayun dan Ki Ageng Mangir Wanabaya. Sesudah bertemu dengan Ki Ageng Mangir, Pembayun menghadapi pilihan simalakama. Di satu sisi, ia mengemban tugas dari Panembahan Senapati untuk membunuh Mangir. Di sisi lain, ia mencintai Mangir yang bermakna harus mengkhianati titah orang tuanya.
Dalam hal ini, Nora melukiskan pilihan dilematis Pembayun yang berujung kepediahan itu melalui dua larik dalam puisinya, sebagai berikut: //... jejak-jejak purbakala menyiratkan janji/akan ada pertemuan di balik kepedihan...//.
Dari puisi Umpak dan Janji dapat dipahami bahwa Nora menangkap Sendang Kasihan sebagai tempat ritual yang berkaitan dengan hubungan kosmis (hubungan kawula-Gusti). Di samping itu, ia mengaitkan Sendang Kasihan sebagai kisah cinta Pembayun dan Ki Ageng Mangir Wanabaya. (Sri Wintala Achmad)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H