Hidup tidak ada yang menghidupkan, selain keinginan. Sesudah memahami, manusia tidak perlu menyesali dengan kegagalan masa lalunya dan mengkhawatirkan kegagalan masa depannya. Dengan begitu, manusia terbebas dari neraka yumani. Hidup di dalam ketenteraman hati.
SALAH satu karya masterpiece Ki Ageng Suryomentaram adalah Tembang Uran-Uran Beja. Karya yang berupa tembang tersebut diciptakan oleh Suryomentaram sesudah mendapat pencerahan batin ketika gagal bunuh diri dengan mencebur dirinya ke sungai Opak yang sedang banjir.
Diberi judul Tembang Uran-Uran Beja, karena karya Suryomentaram memuat ajaran orang tua kepada anaknya perihal hakikat beja (keberuntungan). Sehingga ajaran ini pantas menjadi pegangan orang tua yang ingin memberikan wejangan kepada buah hatinya.
Karena sarat ajaran Suryomentaram, Tembang Uran-Uran Beja layak untuk dikaji berdasarkan muatan yang disampaikan Suryomentaram. Sesudah semua pupuh dipahami, kesimpulan dari seluruh muatan dapat disampaikan. Sehingga inti ajaran Suryomentaram dapat diterima dengan gamblang.
Diketahui bahwa Suryomentaram membuka karyanya Tembang Uran-Uran Beja dengan pupuh Mijil. Hal ini dikarenakan kata mijil dalam tembang macapat memiliki pengertian keluar, lahir, atau awal-mula. Melalui pupuh Mijil, Suryomentaram mengajarkan kepada manusia beberapa pengetahuan, sebagai berikut:
- Manusia hendaklah tidak mencari-cari dan memuji-muji segala sesuatu baik di kolong langit maupun di muka bumi. Karena segala sesuatu yang diperoleh manusia tidak akan memberikan kemuliaan, melainkan hanya kesenangan sesaat.
- Segala sesuatu yang ditolak manusia tidak akan menimbulkan bahaya yang besar. Kalau toh menimbulkan rasa kecewa tidak akan berlangsung lama. Rasa kecewa akan hilang pada masanya.
- Setiap keinginan manusia yang tercapai hanya menimbulkan kesedian. Bila keinginan yang tercapai tidak sesuai tujuannya akan menimbulkan bahaya besar. Karenanya setiap sesuatu yang dicapai harus disesuaikan dengan tujuannya, agar mencapai kemuliaan.
- Rasa susah dan bahagia hanya berlangsung selama tiga hari. Tiga hari, manusia merasa susah. Tiga hari kemudian, manusia merasa senang. Susah dan senang datang silih berganti. Susah dan senang bersifat abadi.
- Bila keinginan yang tercapai memberi rasa senang dan kemudian susah, manusia ingin mencapai keinginan yang lebih besar lagi. Ketika keinginan yang lebih besar tidak tercapai, manusia akan merasa susah.
Seusai pupuh Mijil diakhiri ajaran mengenai keinginan manusia yang selalu mulur (berkembang) tersebut, Suryomentaram melanjutkan ajarannya pada pupuh Pucung. Melalui pupuh Pucung, Suryomentaram menyampaikan ajarannya, sebagai berikut:
- Sifat manusia selalu tidak puas dengan sesuatu yang dicapainya. Bila manusia yang mencari pemasukan seringgit terpenuhi, maka akan mencari pemasukan seratus ringgit, seribu ringgit. Bila keinginannya tidak terpenuhi, manusia akan menjadi susah.
- Sebagaimana dari mencari uang hingga motor dan istri cantic; kebutuhan manusia terhadap semat, drajat, dan kramat tidak ada bedanya. Sesudah ketiga kebutuhannya yang terpenuhi itu membuatnya senang dan kemudian susah, maka manusia ingin mencapai sesuatu yang tingkatannya lebih tinggi agar kembali merasa senang. Ketika keinginannya tidak tercapai, manusia akan menjadi susah.
- Sebaliknya bila keinginan manusia tidak terpenuhi, maka keinginan tersebut akan menjadi mungkret. Semisal bila tak mampu membeli rumah mewah, manusia memilih tinggal di rumah sendiri meskipun berdinding gedheg. Bila tak punya rumah sendiri, manusia memilih tinggal di rumah kontrakan. Bila tak sanggup tinggal di rumah kontrakan, manusia akan memilih tinggal di bawah jembatan. Bila tak bisa tinggal di bawah jembatan, manusia akan menggelandang.
- Perkembangan mulur mungkret akan senantiasa seirama dengan perkembangan rasa senang dan susah. Bila terpenuhi keinginannya, manusia menjadi senang. Bila tidak terpenuhi keinginannya, manusia menjadi susah. Demikianlah kisah hidup manusia: mulur-mungkret.
Ajaran Suryomentaram berlanjut pada pupuh Kinanthi. Melalui puput tersebut, Suryomentaram mengembangkan pemikiran-pemikirannya yang menyoal mengenai rasa hidup sebagaimana dijabarkan sebagai berikut:
- Rasa hidup (senang-susah) dilami semua orang tanpa memandang semat, drajat, dan kramat.
- Semua orang tanpa memandang semat, drajat, dan kramat mengalami senang-susah. Satu hal yang membedakan, rasa susah dan senang ditimbulkan dari kebutuhan mereka yang berbeda.
- Bila sudah terbebas dari rasa senang dan susah, manusia akan terbebas dari neraka pambegan (kesombongan) dan neraga meri (iri dan dengki). Sehingga, manusia tidak akan merasa dirinya lebih mulia dari orang lain. Iri hati karena kalah wibawa dari orang lain.
Pada pupuh Durma yang merupakan kelanjutan dari pupuh Kinanthi, Suryomentaram menerangkan mengenai neraka yumani, yakni neraka yang disebabkan oleh rasa sombong dan iri hati. Adapun ajaran Suryomentaram yang tertuang dalam pupuh Kinanthi, sebagai berikut:
- Dikisahkan tentang neraka yumani. Neraka ini yang terbagi menjadi dua yakni neraka kesombongan dan neraka iri hati. Kedua neraka tersebut akan membuat manusia cekala hingga kehidupannya terpontang-panting ke sana kemari. Karena kutukan dari kedua neraka itu, wajah manusia menjadi buruk, liar pandangannya, dan wajahnya terbakar. Bagi manusia yang terbakar oleh neraka iri hati akan takut bila bertemu dengan seseorang dengan semat, drajat, dan kramat melampaui dirinya. Bagi manusia yang terbakar neraka kesombongan akan menjadi masam pandangannya bila melihat orang lain yang lebih rendah semat, derajat, dan kramatnya.
- Neraka yumani selalu membakar manusia yang memiliki semat, drajat, dan kramat lebih tinggi dari orang lain hingga menjadi sombong. Neraka yumani pula membakar manusia yang memiliki semat, drajat, dan kramat lebih rendah dari orang lain hingga menjadi iri hati.
- Neraka yumani tidak bisa dipadamkan dengan ketabahan hati, Karenanya sifat sombong dan iri hati yang membakar manusia telah menjadi watak. Sebab itu neraka yumani yang tidak bisa ditundukkan dengan kesaktian manapun itu sangat menakutkan bagi manusia.
Perihal neraka yumani yang digambarkan suaranya menggeram seperti seribu guntur dan menggemuruh seperti luapan tasik tersebut masih disinggung oleh Suryomentaram pada pupuh Girisa. Pada pupuh Girisa, Suryomentaram menjelaskan bahwa karena teramat menakutkannya neraka yumani tersebut, manusia ingin membebaskan diri dari siksasaannya.
Sampai tidak kuatnya menanggung siksaaan neraka yumani, manusia ingin mati bila tidak menjadi lebih unggul dari orang lain. Melakukan tapa brata atau puasa pati geni, agar menjadi lebih jaya dari orang lain. Bahkan rela dikubur agar mendapat penghormatan dari orang lain.
Selanjutnya pada pupuh Dhandhanggula, Suryomentaram mulai menyinggung perihal pentingnya rasa tentram yang digambarkan berada di dalam surga. Dengan rasa tentram, manusia akan mendapatkan semat, drajat, dan kramat dengan sangat mudah. Seandainya gagal mendapatkan ketiganya, manusia tidak lagi memermasalahkannya. Mengingat manusia sudah memiliki kesadaran bahwa keinginan terus mengalami mulur-mungkret setiap harinya.
Seusai pupuh Girisa dan pupuh Dhandhanggula, Suryomentaram melanjutkan ajarannya melalui pupuh Kinanthi yang dijabarkan, sebagai berikut:
- Manusia hanya dipenuhi dengan keinginan yang hanya menimbulkan rasa senang dan rasa susah. Keinginan itu sendiri, sifatnya abadi, yang mana tidak berawal dan tidak berakhir. Keinginan yang sesungguhnya merupakan muasal kehidupan manusia di dunia. Karena bermula dari keinginan, manusia bergerak untuk memenuhinya.
- Berkat keinginan, manusia dilahirkan di muka bumi. Di mana awal mula, seorang ayah dan ibu ingin bersanggama. Dari sanggama, membuahkan darah hingga membentuk janin di dalam rahim ibu. Dari keinginan sang janin, ia lahir di muka bumi. Karena itu, janin lahir bukan karena keinginan sang ibu. Sesudah terlahir, janin mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwanya bersama keinginan.
- Sekalipun raga telah mati, namun keinginan terus hidup. Dari sini bisa dinyatakan bahwa keinginan bersifat abadi dan raga tidak bersifat kekal. Keinginan bersifat utuh, sementara raga bersifat bisa rusak.
- Pemahaman bahwa hidup tidak ada yang menghidupkan, selain keinginan. Sesudah memahami, manusia tidak perlu menyesali dengan kegagalan masa lalunya dan mengkhawatirkan kegagalan masa depannya. Dengan begitu, manusia terbebas dari neraka yumani. Hidup di dalam ketenteraman hati.
Pada pupuh Maskumambang, Suryomentaram mengisahkan masa lalunya sebagai putra Sri Sultan Hemengkubuwana VII. Karena kekayaan orang tuanya, Suryomentaram tidak pernah mengalami hidup sengsara. Sehingga Suryomentaram dapat naik kereta, bisa mengejek setiap orang. Bila mengingat masa lalunya yang serba kecukupan, Suryomentaram menyesal hingga merinding tengkuknya.
Akan tetapi pada pupuh Kinanthi, Suryomentaram menyadari bahwa penyesalan tidak mengubah nasib hidupnya pada masa kemudian, selain hanya menimbulkan rasa sedih. Karenanya, Suryomentaram mencoba untuk tidak menyesali masa lalunya dan mengkhawatirkan masa depannya. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari neraka yumani.
Melalui pupuh Megatruh, Suryamentaram mengajarkan agar manusia untuk bangkit dari keterpurukan masa lalu. Bukannya menyesali masa lalu melalui cara menggelandang dengan berpakaian dekil. Apalagi menyesalinya dengan mencoba bunuh diri dengan mencebur ke sungai Opak yang tengah banjir. Sebab bunuh diri bagi suami akan mengakibatkan penderitaan istri dan anak-anaknya.
Pada akhirnya, Suryomentaram menutup ajarannya melalui pupuh Kinanthi. Adapun ajaran Suryomentaram yang tertuang pada pupuh Kinanthi, sebagai berikut:
- Bila manusia sudah memahami bahwa hidup hanya senang dan susah, maka akan sirna rasa khawatir. Bila kekhawatiran telah sirna, maka yang muncul hanya ketabahan. Bila ketabahan sudah merasuk di dalam jiwa, manusia akan merasa tenang di manapun berada dan menjadi apapun, berani di dalam menghadapi segala masalah, serta tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan, sikap, dan tindakan.
- Bila manusia sudah merasa tenang, maka tidak bermasalah baik dipedulikan maupun tidak oleh orang lain. Manusia akan tetap tenang, karena tidak memiliki keinginan untuk dianggap ada atau tidak. Tidak memiliki tendensi atas segala sikap dan tindakannya.
- Hendaklah manusia tidak khawatir dengan masa depannya, dan selalu berjiwa sabar. Hanya dengan kesabaran, manusia dapat mengendalikan keinginannya. Dan si pengendali keinginannya itu disebut aku sejati. Dialah kusir kereta yang ditarik kuda-kuda nafsu.
Keberuntungan bila aku menjadi pribadi. Bukan aku menjadi keinginan, aku menjadi susah, atau aku menjadi senang. Inilah kunci bagi manusia yang ingin mendapatkan keberuntungan hidup sesudah jiwanya menjadi tabah, tenang, dan tenteram. (Sri Wintala Achmad)