"ayah taruh di celana, seperti biasa"
—jawab ayahku—
ibu tersenyum genit, seolah mengerti, apa yang dimaksud ayahku.
tapi tidak denganku, aku tetap tidak paham hadiah apakah yang disimpan ayah dicelananya, sehingga hanya dengan dua kedipan mata, bisa membuat ibu ceria.
saat pagi,
cangkir kopi ayah sudah kembali penuh terisi, kulihat ibupun kembali berseri-seri.
pasti, karena hadiah dari ayah yang disimpan di celana tadi
—pikirku—.
saban hari, setelah itu,
aku penasaran ingin melihatnya, tetapi tak kunjung menemukannya.
aku berpikir, apapun barangnya tentu sangat berharga, mungkin seperti permata, atau ...,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!