Mohon tunggu...
Cerpen

Theorrian City: Mimpi Buruk

4 Januari 2017   01:18 Diperbarui: 4 Januari 2017   01:25 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ auuuu….sakit mel” rintihku.

“itu akibatnya, sekali lagi kamu berulah kayak tadi, bukan hanya aku jitak kepalamu, aku akan meminta gledys menyubitmu sekencang mungkin.”

            Dengan perasaan yang masih aneh dan penuh dengan tanda tanya, aku bersama kedua sahabatku masuk kedalam kelas. Pelan-pelan aku memasuki kelas, dan duduk di tempat biasa aku duduk. Betapa terkejutnya aku melihat jam dinding besar yang terpasang bertahun-tahun ditembok kelasku.

            “mana mungkin, ini tidak mungkin terjadi, pasti ada yang salah.” Ucapku kebingungan. Saat itu aku benar-benar berasa menjadi orang gila sedunia. Semua menatapku dengan aneh dan tanda tanya besar diatas kepala mereka. Bahkan kedua sahabatkupun melihatku seperti itu. Apa yang salah denganku, bukankah dunia ini yang salah, tapi kenapa mereka yang aneh melihatku.

            “chal, kamu gak lagi sakit kan?” tanya melia penuh perhatian.

            “iya chal, kamu hari ini terlihat aneh banget sih. Kamu baik-baik saja kan?” tambah gledys.

            “aku tidak sakit,,,,,,,,,” jawabku. Kulanjutkan semuanya dari mimpi aneh yang kualami kemaren malam, dan kejadian-kejadian aneh yang membuatku berasa jadi orang gila saat ini. Mendengar ceritaku bukannya mereka perihatin atau apa, tapi mereka malah mentertawakanku.

“apa ada yang salah?” tanyaku bingung

“maaf ya chal, bukannya ada yang salah kamu sih lucu, mimpi itu cuma bunga tidur, lagian soal jam itu mah biasa.” Jawab gledys yang masih terus tertawa terbahak

“chalista sayang, daripada kamu bingung mending sekarang kamu duduk rilex bentar lagi kita ulangan.” Ucap melia yang selalu membuat aku tenang.

Selama disekolah aku masih terus terbayang dengan apa yang aku alami hari ini, walau sulit untuk aku pahami aku berusa menutupinya dari kedua sahabatku, hingga sampai dirumah. Terlihat papaku duduk santai dengan koran dan secangkir teh hangat disampingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun